Wartajakarta.com-Bangun Kewirausahaan Berbasis Platform Digital Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun 2019, jumlah koperasi yang aktif di Indonesia 126.000 unit dan seluruh koperasi ini menyumbang PDB hanya 5,1 persen. Sedangkan jumlah UMKM Indonesia ada 64 juta, namun juga hanya menyumbang PDB 6,1 persen, perannya terhadap investasi 60,42 persen dan ekspor 14,37 persen.
Semua data tersebut, seperti diungkapkan Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UKM, Ir. Victoria Br Simanungkalit, menunjukkan bahwa UMKM di Indonesia masih menjadi tantangan untuk terus ditingkatkan agar perannya dalam perekonomian semakin besar.
“Salah satu unsur daya saing UMKM adalah kewirausahaan dan ini menjadi juru kunci yang harus dimiliki oleh para pelaku UMKM Indonesia termasuk pengurus dan pengelola koperasi. Dari 64 juta UMKM hanya 8 juta UMKM yang memiliki kualitas baik, ini yang menjadi tantangan kita. UMKM Indonesia masih bergerak di sektor informal. Upaya kita untuk menaikkelaskan mereka menjadi suatu tantangan berat,” kata Victoria, dalam acara webinar Bangkitkan Entrepreneurship, Melalui Kemitraan Keagenan Didukung Koperasi Modern Berbasis Platform Digital.
Dia menambahkan, perlunya percepatan pemulihan ekonomi dan pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, dimana dalam pelaksanaannya tentu tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah, untuk itu dibutuhkan peran serta berbagai pihak termasuk dari industri dan lembaga koperasi.
Victoria pun turut mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Nasari yang berkolaborasi dengan PT Pos Indonesia, Smesco Indonesia, dan Angkatan Muda Koperasi Indonesia (AMKI) yang mendukung pelaku UMKM dalam mengembangkan usahanya.
“Peran Nasari bisa melayani anggota yang justru ingin mengembangkan sektor riil. Nasari harus mengembangkan diri dalam pelayanan dengan memberikan pendampingan, bisa memberikan inspirasi pada anggotanya untuk bisa melakukan bisnis dan mereka yang bisa menjadi klien dari koperasi simpan pinjam. Terlebih lagi, Nasari punya aplikasi digital yang bisa memantau bisnis anggotanya. Big data yang ada di aplikasi itu bisa menjadi dasar bagi Nasari untuk memberikan layanan simpan pinjam. Menurut kami, ini perlu dikembangkan,” ucap Victoria.
Menurut Victoria, dengan melakukan pendampingan, pelatihan dan permodalan dari koperasi bisa berkembang lagi dengan digital menjadi satu paket, cepat dan sampai sasaran.
“Dengan pengelolaan modern, pengelolaan bisnis koperasi serta pelibatan generasi muda dalam manajemen koperasi, dapat membuka peluang bagi anggota-anggota koperasi menjadi wirausaha yang didukung dengan inovasi berbasis teknologi dan mampu menciptakan tenaga kerja. Jangan lagi ciptakan usaha mikro karena mereka hanya kerja sendiri, tidak menciptakan tenaga kerja. Kita ciptakan usaha mikro yang cepat skill up dengan adanya unsur teknologi,” paparnya.
Senada dengan Deputi, Chairman Nasari Cooperative Grup, Sahala Panggabean, MBA mengungkapkan, banyak cara meningkatkan ekonomi kerakyatan ini. “Di kondisi ini, kita tidak bisa berpangku tangan, ekonomi bisa kita kendalikan. Suatu kondisi sejajar harus kita jalankan, dimana tetap mematuhi protokol Kesehatan, tapi juga bagaimana caranya agar dapur tetap mengepul,” ujar Sahala.
Sementara itu, Chief Executive Officer at PT Pos Finansial Indonesia. Setyo Budianto, dalam paparannya mengatakan, “Kami welcome memprovide dan sangat senang bekerjasama menyediakan platform digital bagi koperasi dan pelaku UMKM,” jelas Setyo.
Hal tersebut juga didukung oleh GM Business Nasari, Koko Kiswoko. Menurut Koko, Nasari selama 23 tahun melayani para pensiunan sudah melayani anggotanya dengan memberikan arahan penggunaan dana yang produktif untuk usaha. “Yang kita bina ada laundry, sembako, petramini. Anggota kami ada yang mempunyai usaha laundry selama ini mempunyai tenaga listrik dan kita arahkan ke tenaga gas, ini salah satu usaha kami dalam membina entrepreneur. Kita siap melayani dengan bekerjasama dengan PT Pos Indonesia,” tuturnya.
Ketua Umum AMKI, Frans Meroga Panggabean turut menyebutkan, ini adalah sebuah solusi nyata bagi para pelaku koperasi dan UMKM. Terlebih lagi bagi mereka yang berminat bisa untuk menambah penghasilan pastinya.
“Apalagi masyarakat umum atau para anggota Nasari sudah purna tugas bisa langsung dikerjakan oleh mereka ataupun keluarganya. Ini sebuah kesempatan yang sangat menarik dan bisa kita ambil peluangnya,” tambah.
Berbicara mengenai pemasaran digital, Smesco Indonesia juga membuka kesempatan bagi para pelaku UMKM untuk memasarkan produknya di seluruh Indonesia, baik secara offline maupun online.
“Dulu sempat ngeboom keripik Mak Icih, ini sebenarnya fondasi bagi UMKM kita untuk mulai berjualan dengan memakai channel dari sosial media. Berjualannya melalui Twitter dan ini luar biasa. Waktu itu kita tidak pernah kepikiran, ternyata bisa jualan seperti itu,” ungkap Direktur Bisnis dan Marketing Smesco Indonesia, Wientor Rah Mada.
Saat ini Smesco sedang menggarap pemasaran online yakni cross border marketing dalam waktu dekat, Smesco mengkonsolidasi UMKM agar segera melakukan cross border ekspor ke Malaysia dan Singapura.
Pengaruh digital untuk memasarkan produk UMKM memang dinilai cukup besar. Hal itu diakui pula oleh konsultan pemasaran modern, Rinitaty Ester Elfrida.
“Kita harus meningkatkan kualitas bisnis kita dengan menerapkan teknologi. Digitalisasi penting dari segi biaya. Digitalisasi tidak high cost tapi benefitnya bisa menjangkau lebih luas lagi. Nasari Digital (Nadi) bertransformasi menjadi koperasi digital dengan platform yang sangat menjangkau masyarakat untuk bertransasksi secara digital, mudah digunakan, dan bisa mengaksesnya kapan saja dan di mana saja. Ada e-commerce koperasi. Memberikan modal kerja dan akses pelatihan. Dan mempertemukan calon customer secara online,” pungkas Rini.