Connect with us

Nasional

Autobiografi:A.E.Manihuruk Catatan Perjuangan Hidup

Wartajakarta.com- Untuk mengenang dan mengenal lebih dekat sosok dan perjuangan almarhum Letjend (Purn) A.E Manihuruk, pihak keluarga A.E Manihuruk menerbitkan buku Autobiografi.

Acara peluncuran yang digelar di Hotel Borobudur, Jakarta (24/02/24), dihadiri para kerabat dan saudara AE Manihuruk diantaranya: Jacob Tobing, Siswono Yudho Husodo, Martin Hutabarat, Mayjend (Purn) Haposan Silalahi, Theo Sambuaga, Rully Chairul Aswar, Letjen (purn) Cornel Simbolon, Baringin Panggabean (anak Jenderal Panggabean), keluarga besar dari Marga Manihuruk, Raja Sitepang, Sihaloho dan keluarga lainnya.

Jenny Ritha Manihuruk, Anak Pertama dari A.E Manihuruk, dalam pengantar bukunya mengatakan bahwa dirinya sejak kecil saya sudah sering ditinggal Bapaknya. Profesi sebagai TNI mengharuskan bapak bepergian ke berbagai daerah.

“Ketika bapak ditugaskan di Banjarmasin, barulah Bapak mengajak keluarganya untuk tinggal bersama.
Sebagai anak pertama saya bangga menjadi Putri dari AE Manihuruk. Saya berusaha mengikuti teladan yang diberikan bapak dalam kehidupan ini,” kata Jenny dalam bukunya yang berjudul: “Auto Biografi: A.E Manihuruk Catatan Perjuangan Hidup,”.

Sementara itu, Sahala Manihuruk anak ke keempat dari A.E Manihuruk menyampaikan kenangannya dalam pengantar bukunya. Menurut Sahala A.E Manihuruk sangat bertanggung jawab untuk Negara dan juga partainya, yaitu Golkar sehingga Ia sangat sibuk yang membuat hubungan sebagai anak dan bapaknya tidak terlalu dekat.

“Saya mengenal bapak setelah saya berumur tujuh tahun. Meski tinggal bersama bapak, kami tidak pernah makan bersama atau pun makan bersama diluar. Bila kami berangkat sekolah atau kuliah bapak sudah lebih dulu berangkat ke kantor. Bila kami pulang sekolah, kami juga jarang bertemu bapak, karena bapak pulang setelah kami tidur. Saya merasa tidak pernah di perhatikan oleh bapak. Namun setelah saya dewasa saya baru menyadari bahwa bapak sangat memperhatikan dan sayang pada keluarganya,” kenang Sahala Manihuruk

Selain Jenny dan Sahala Manihuruk , Sahat Manihuruk sebagai anak kelima atau anak bungsu juga menyampaikan kenangannya saat bersama bapak AE.Manihuruk,

“Sebagai anak bungsu, bapak tidak memanjakan saya. Bahkan Ia mendidik dan membimbing saya dengan sangat tegas , seperti apa yg dilakukannya sebagai seorang tentara. Bapak juga sosok yang memberikan motivasi kepada anak-anaknya, baik dalam hal pendidikan, memilih pekerjaan maupun melakukan hal-hal yang positif,” tutur Sahat Manihuruk, dalam pengantar bukunya.

“Saya bangga memiliki bapak yang mengajari anak-anaknya utnuk mandiri. Bapak memang selalu menolong orang lain agar dapat bekerja di kantornya, tapi tidak pada anak-anaknya. Bapak ingin anak-anaknya bekerja dan berusaha sendiri tanpa mengadalkan kedudukan orang tua ,” tambahnya.

Sebenarnya masih ada dua orang lagi anak dari Bpk.A.E. Manihuruk: Guntur Manihuruk anak kedua dan Posman Manihuruk anak ketiga. yang pada saat buku ini diterbitkan sudah berpulang menghadap Tuhan yang Maha Esa, yang pastinya mereka juga mempunyai kenangan yang indah bersama Bapak.A.E Manihuruk.

Naskah buku Autobiografi A.E. Manihuruk yang diluncurkan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
dimulai dari tahun 1920 – 1948 dan bagian dua mulai tahun 1948 – 1965.

Autobiografi yang ditulis bertahun-tahun sebelum tokoh meninggal dunia berisi tentang perjuangan hidupnya sejak masa anak-anak, Masa Pendudukan Tentara Jepang, Perang Kemerdekaan,
Renungan Perang Kemerdekaan, catatan ini ada dibagian pertama.Pada bagian kedua berisi Ketika beliau Bertugas dan belajar, Bertugas di Sumatera Utara, Pergolakan Daerah, Bertugas di Kalimantan, dan Penumpasan G.30.S/PKI.

Keke Taruli Aritonang mengucapkan terima kasih kasih kepada keluarga yang telah mempercayakannya untuk menulis autobiografi ini. Menurutnya menulis buku ini tidaklah mudah, karena naskahnya ada 2 jilid yang tebal, sekitar 450 lembar, memakan waktu beberapa bula untuk menyelesaikannya.

“Puji Tuhan yang menguatkan saya, akhirnya jadilah sebuah buku autobiografi. Buku ini seperti buku harian dimana dari kecil bagaimana peristiwa-peristiwa yang beliau alami sejak mulai kecil tahun 1920 sampai tahun 1948, kemudian naskah kedua tahun 1948 sampai tahun 1965. ,” tutur Keke, saat peluncuran buku berjudul “Auto Biografi: A.E Manihuruk Catatan Perjuangan Hidup,” di Hotel Borobudur, Jakarta (24/02/24).

Mayjen (purn) Haposan Silalahi, sebagai kawan dekat, menutukan bahwa Ia masih ingat tentang prinsip dalam menjalani hidup yang diajarkan oleh A.E Manihuruk.

“Saya masing ingat apa yang di katakan almarhum Manihuruk, Beliau mengatakan: Kalau menjabat jabatan, kamu harus lebih tahu daripada atasanmu, begitu tasannmu tahu jabatanmu itu, kamu pelajari lebih dalam lagi supaya atasanmu tergantung sama kamu,” ungkap silalahi.

“Almarhum A.E Manihuruk juga mengajarkan kepada saya bagaimana cara menikmati hidup dalam kesederhanaan, termasuk cara berpakaian. Beliau kalo berpakaian sederhana bahkan kaos yang sudah bolon-bolong masih di pakai, dan pola hidup sederhana seperti itu saya tiru,” tambahnya.

Salah satu tokoh Golkar di masa orde baru Siswono Yudo Husodo, menyatakan bahwa almarhum Letjen (Purn) A.E Manihuruk adalah mentor yang sangat disiplin, beliau kalau rapat harus tepat waktu dan beliau sudah hadir di dalam ruangan rapat pintu harus di tutup. jadi bagi telat meski ketok-ketok pintu, pintu gak akan dibuka.

“Beliau orang disiplin sangat tinggi dan sangat rapi serta tertib tidak salah seorang presiden menugaskan kepada beliau dan selalu mendalami tugasnya. Makanya wajar sebagai figur Golkar ia diangkat Ketua Bidang OKK (Organisasi Keorganisasi dan kaderisasi). Ia adalah tokoh Golkar dan politikus yang luar biasa,” kata Siswono,

Saat sesi bincang-bincang terungkap, Jacob Tobing sebagai kawan dekat A.E Manihuruk menceritakan pengalamannya tentang kesannya terhadap sosok A.E Manihuruk.

“Bagi saya adalah seorang guru yang mampu mendidik kader-kadernya dengan baik. Dan beliau seorang yang sangat sistematik berpikir sebagai orang suku Batak beliau seorang yang menurut saya sangat halus. Pada itu saya sempat jalan-jalan ke Samosir Medan Sumatera Utara dan saya menyempatkan datang ke makam beliau untuk menyampaikan hormat saya kepada almarhum A.E Manihuruk,” tutur Jakob.

Selain itu kawan dekat lainnya, Martin Hutabarat menuturkan mendiang A.E Manihuruk dalah seorang yang hikmat dalam mendidik kader, selain tegas dalam berorator namun Ia juga orang yg humoris, suka bikin lelucon.

“Saya juga sangat mengaggumi kebatakannya, beliau adalah orang yang luar biasa yang banyak membangun kader-kader golkar. Saya sebagai kader beliau saya sangat hormat,” kata Martin.

Yang menarik, naskah buku autobiografi yang ditulis dengan bahasa sederhana oleh A.E. Manihuruk sangat detail, untuk setiap peristiwa yang Beliau alami, situasi, suasana, dan waktunya ditulis dengan cermat dan tuntas.

Karena itu keluarga besar A.E Manihuruk berharap agar buku yang diterbitkan ini bisa menjadi bacaan yang dapat menginspirasi dan mencontoh kehidupan A.E Manihuruk yang sederhana. ***

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Nasional