
Wartajakarta.com-Penerbit Balai Pustaka awalnya seperti hidup segan mati tak mau. Bahkan ada yang bilang, Balai Pustaka seperti kapal yang mau tenggelam. Namun, sebenarnya ada potensi besar yang terkandung di Balai Pustaka, yaitu kekayaan intelektual _(intellectual property)_ yang berlimpah.
Hal itu diungkapkan Dr. Ir. Achmad Fachrodji, MM., Direktur Utama PT. Balai Pustaka (Persero), dalam acara Obrolan HATI PENA #7, di Jakarta, Ahad (3/10). Diskusi webinar itu bertema “Upaya Merawat dan Terus Menerbitkan Buku Bernilai Budaya.”
Webinar itu diselenggarakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA. Pemandu diskusi adalah Swary Utami Dewi dan Elza Peldi Taher.
Fachrodji menuturkan, ketika ia pertama kali masuk ke Balai Pustaka, banyak karyawan di sana yang sudah patah semangat. Maka ia mengajak para insan di dalam penerbitan itu untuk menikmati kekayaan intelektual yang ada di dalamnya, untuk dipasarkan ke segenap penjuru.
Menurut analisis Fachrodji, perusahaan ini sebelumnya terpuruk karena hanya bermain di arena percetakan. Padahal ada kekayaan intelektual yang besar di penerbitan. Fachrodji berusaha menghidupkan potensi itu.
“Yang pertama saya lakukan adalah membangkitkan harapan. Kepercayaan pada diri. Harus ada semangat optimis untuk bangkit kembali,” tegas Fachrodji, yang juga penulis dan penggemar pantun ini.
Balai Pustaka pada 22 September lalu sudah berusia 104 tahun, jadi lebih tua dari usia Republik Indonesia. Fachrodji diketahui sudah melakukan sejumlah program inovatif di Balai Pustaka, untuk menghidupkan kembali gairah perusahaan itu.
Untuk produk digital, Balai Pustaka telah mengembangkan berbagai produk. Seperti: Pustaka Digital (EduBP), Audio Book, e.Book, dan e.learning Baruga Sikola.
