Connect with us

Teknologi

Octopus Ajak Masyarakat Ubah Sampah Jadi Rupiah

Wartajakarta.com-Sebagai bentuk komitmen terhadap kampanye mereduksi sampah, Octopus bekerja sama dengan Festival F8 melalui kebijakan tiket masuk hanya dengan membawa botol bekas bernilai guna dari rumah dengan tujuan mereduksi sampah plastik harian yang kemudian bisa dikonversi menjadi rupiah dengan berbagai insentif menarik untuk masyarakat maupun scavengers (pemulung dan satgas).

Tahukah Anda kalau sampah – khususnya yang non-organik – itu masih memiliki nilai ekonomi untuk Anda? Dengan kata lain, sampah non-organik masih bisa mendatangkan rupiah untuk Anda dan keluarga. Adalah PT Daur Ulang Industri Terpadu (aplikasi Octopus), perusahaan daur ulang yang didirikan pada 2018, hadir untuk mengajak masyarakat mengubah sampah menjadi rupiah. Bagaimana caranya?

Di Makassar, Octopus bekerjasama dengan Festival F8 yang terkenal bagi masyarakat kota Anging Mamiri itu, menunjukkan cara termudah mengubah sampah non-organik menjadi barang yang bernilai rupiah. Selama pelaksanaan F8, 11 – 13 Oktober 2019, masyarakat Kota Makassar dan sekitarnya bisa membawa sampah non-organik dari rumah dan menjadikannya sebagai tiket masuk ke arena F8. Tidak itu saja, hanya dengan unduh aplikasi Octopus masyarakat juga bisa masuk ke arena F8 tanpa biaya apa pun.

Hamish Daud mengungkapkan, ”Melalui aplikasi Octopus, kami ingin mengajak masyarakat untuk melihat sampah sebagai barang yang masih memiliki nilai ekonomi dan bahkan bisa menjadi sumber pendapatan yang bisa membiyai gaya hidup mereka.” Lebih lanjut, ia menjelaskan aplikasi Octopus akan menghubungkan konsumen/user yang sudah mengumpulkan sampah plastik mereka dengan scavenger Octopus, baik itu pemulung, unit bisnis sampah maupun satuan tugas (satgas) yang kemudian membawa sampah tersebut kepada pengepul seperti pengusaha plastik ataupun Bank Sampah.

Sampah yang dikumpulkan oleh konsumen akan dikonversikan menjadi poin yang bisa ditukar menjadi uang tunai melalui proses tarik tunai di dalam aplikasi Octopus dan juga voucher menarik seperti voucher ngopi di coffee shop yang sudah bekerja sama dengan Octopus. Sementara untuk scavenger, mereka akan mendapatkan insentif dari jarak pengambilan dan jumlah sampah yang diambil. “Trend ngopi yang belakangan ini sudah menjadi salah satu lifestyle, khususnya untuk generasi milenial, ternyata bisa dibiayai hanya dengan mengumpulkan sampah non-organik yang telah mereka pakai. Insentif ini menjadi salah satu strategi pendekatan Octopus kepada generasi millenials, mengingat sudah banyak generasi millenial yang peduli lingkungan.”, lanjut Hamish dalam acara Festival 8 di Makassar.

Andi Moehammad Ichsan, CEO Aplikasi Octopus menjelaskan, “Konsep membawa sampah ini juga merupakan upaya untuk mengajak masyarakat mereduksi sampah plastik yang mereka gunakan. Jika pengunjung tidak membawa sampah, maka akan dikenakan ‘denda’ sebesar Rp 20.000,- untuk membeli tiket masuk arena F8. Sampah-sampah yang sudah dikumpulkan nanti akan kami distribusikan kepada jaringan Unit Bisnis Sampah Octopus.”

Selama pelaksanaan acara F8, total sampah plastik yang sudah tereduksi kurang lebih berjumlah 350 kg dengan total 10.000 pengunjung. “Diharapkan, dengan konsep membawa sampah ini, pengunjung bisa memulai untuk memilah sendiri sampah non-organik mereka, sebuah gerakan sederhana yang bisa dimulai dari rumah, kost-an ataupun kantor untuk membantu pemulung maupun satgas dalam mengumpulkan sampah.”, ujar Ichsan.

Adapun visi aplikasi Octopus dalam mendistribusikan sampah dari user sampai ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) untuk mereduksi sampah non-organik sejalan dengan target pemerintah untuk mengelola sampah non-organik 100% pada 2025, yang mana dalam upaya meraih target tersebut dengan melakukan pengurangan (reduksi) sampah sebesar 30% dan penanganan (daur ulang/recycle) sampah sebesar 70%.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

More in Teknologi