Wartajakarta.com-Namanya Dimas. Ia adalah seorang anak nelayan di Kepulauan Seribu. Ia berkeinginan untuk menempuh pendidikan tinggi. Impiannya pupus saat orang tuanya berkata tidak ada biaya untuk ia kuliah. Namun berkat informasi dari salah satu warga pulau, ia mendaftar ke Politeknik Ahli Usaha Perikanan. Di kampus tersebut terdapat kuota khusus bagi anak nelayan. Tangis haru pun pecah saat ia dinyatakan lolos menjadi taruna politeknik tersebut.
Dimas adalah salah satu contoh dari ribuan anak nelayan dan anak pelaku utama kelautan dan perikanan lainnya di daerah terpencil, pesisir, dan pulau-pulau terluar dari Sabang sampai Merauke yang terselamatkan pendidikannya. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) memberikan kuota khusus bagi mereka untuk menempuh pendidikan di satuan-satuan pendidikan lingkup KKP, yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Mereka yang sedari kecil sudah akrab dengan dunia kelautan dan perikanan yang dikenalinya dari pekerjaan orang tuanya, seringkali menemui kesulitan biaya untuk melanjutkan pendidikan. Tak hanya itu, mereka juga seringkali kalah bersaing dengan anak-anak perkotaan pada seleksi masuk ke satuan pendidikan. Karena itu, KKP memberikan kuota khusus dengan biaya ditanggung negara, sebagai bentuk keberpihakan pemerintah kepada mereka.
“KKP terus meningkatkan akses dan alokasi pendidikan bagi anak nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, dan petambak garam. Saat ini minimal sebanyak 50% dari total jumlah peserta didik merupakan anak pelaku usaha kelautan dan perikanan. Jumlah ini akan terus ditingkatkan dengan memperhatikan keterwakilan asal peserta didik dari tiap Kabupaten/Kota dan Provinsi,” ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono saat mewisuda lulusan satuan pendidikan tinggi KKP Tahun 2021.
Senada dengannya, Plt. Kepala BRSDM Kusdiantoro pada Konferensi Pers Catatan Akhir Tahun Capaian Kinerja 2021 dan Proyeksi 2022 BRSDM, 14 Desember 2021, menyampaikan, pada Tahun 2021 jumlah anak-anak pelaku utama kelautan dan perikanan di satuan pendidikan KKP mencapai 55,2% dari total keseluruhan peserta didik aktif sebanyak 8.426 orang. Jumlah total peserta didik tersebut pada 2022 akan ditingkatkan lagi menjadi sekitar 8.535 orang.
Kusdiantoro menyampaikan, satuan pendidikan KKP terdiri 11 satuan pendidikan tinggi dan sembilan satuan pendidikan menengah. Satuan pendidikan tinggi tersebut terdiri dari satu Politeknik Ahli Usaha Perikanan (kampus Jakarta, Bogor, dan Serang); sembilan Politeknik Kelautan dan Perikanan (Politeknik KP) di Dumai, Karawang, Pangandaran, Sidoarjo, Jembrana, Bone, Bitung, Kupang, dan Sorong; serta satu Akademi Komunitas di Wakatobi. Adapun satuan pendidikan menengah terdiri dari sembilan Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) di Ladong, Pariaman, Kota Agung, Tegal, Pontianak, Bone, Kupang, Waiheru, dan Sorong. Saat ini tengah diproses peningkatan beberapa SUPM menjadi Politeknik KP, antara lain di Aceh, Pariaman, Lampung, dan Maluku.
Sementara itu, Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan BRSDM Bambang Suprakto menyebutkan, pendidikan di lingkungan KKP menerapkan sistem pendidikan vokasi di bidang kelautan dan perikanan yang mencetak lulusan unggul dan berjiwa wirausaha, sehingga lulusan siap bekerja dan dapat diterima dengan mudah di dunia usaha dan industri, serta berwirausaha. Pendidikan tersebut menggunakan pendekatan Teaching Factory (TEFA), yang memasukkan dunia usaha dan dunia industri ke dalam kampus, dengan persentase teori 30% dan praktik 70%.
Sistem pendidikan tersebut, lanjut Bambang, menitikberatkan pada pembinaan karakter peserta didik, peningkatan kompetensi melalui praktik di sarana TEFA yang dimiliki masing-masing satuan pendidikan, praktik dan magang di industri dan dunia usaha, serta pembelajaran kewirausahaan yang terintegrasi dengan kurikulum dan sertifikasi kompetensi.
Para lulusan tak hanya memperoleh ijazah, tapi juga sertifikat keahlian dan kompetensi berstandar nasional dan internasional yang diakui oleh dunia usaha dan dunia industri, sesuai dengan bidangnya masing-masing. Contohnya sertifikat Basic Safety Training, Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan, Ahli Teknika Kapal Penangkap Ikan, Hazard Analysis Critical Control Point, Sertifikat Pengolahan Ikan, Sensori, Manajer Pengendalian Mutu, Marine Protected Area Design, Marine Conservation Action Planning, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Scuba Diving, Ahli Manajemen Kesehatan Ikan, Teknisi Tune Up Konvensional, Enterpreunership, Operator Penangkapan Ikan dengan Purshine, Operator Penangkapan Ikan dengan Jaring Insang, Advanced Fire Fighting, Security Advareness Training, Penangkapan dengan Gillnet, Operator Pembenihan Ikan, Operator Pembesaran Udang Air Payau Operator Budidaya Perikanan, Cara Budidaya Ikan yang Baik, Cara Pembenihan Ikan yang Baik, Operator Mesin Pendingin Kapal Ikan, Operator Pengolah Hasil Perikanan
Operator Pengolah Udang, dan Penyuluh Level Supervisor.
Dengan demikian diharapkan muncul Dimas-Dimas di berbagai pelosok Indonesia sebagai SDM unggul yang andal dan profesional. Mereka melanjutkan pekerjaan orang tuanya, namun sebagai nelayan modern dan pelaku utama kelautan dan perikanan lainnya, yang tak hanya meningkatkan perekonomian keluarga tapi juga masyarakat sekitar. Diharapkan lahir SDM-SDM tangguh yang siap menyukseskan pembangunan nasional di sektor kelautan dan perikanan serta program prioritas KKP, sesuai bidangnya masing-masing, untuk kesejahteraan masyarakat.