Wartajakarta.com-ASOSIASI Inventor Indonesia (AII) menjembatani dan mempertemukan inventor inovasi sawit dan calon investor sehingga hasil riset dan inovasi dapat dikomersialisasikan dan digunakan untuk memajukan industri sawit di Tanah Air.
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) melakukan kerja sama dengan Asosiasi Inventor Indonesia (AII) dalam kegiatan Valuasi dan Komersialisasi Teknologi Hasil Riset Kelapa Sawit, Grand Riset Sawit (GRS) tahun 2021-2023.
“Fungsi organisasi ini untuk menjadi mediasi atau jembatan antara inventor dan investor agar inventor itu mampu bangkit dan berkembang untuk TRL (Tingkat Kesiapterapan Teknologi) 7 menyeberang ke-8 dan ke-9,” kata Ketua Umum AII Didiek Hadjar Goenadi Selasa 2/7.
Oleh karenanya, inventor membutuhkan investor atau industri untuk berinvestasi dalam rangka meningkatkan TRL dari hasil riset dan inovasi tersebut.Di sisi lain, industri melihat bahwa TRL 7 masih mengandung risiko besar untuk langsung bisa dikomersialisasikan sehingga mereka tidak mau terburu-buru berinvestasi pada tahap itu.
“Di sinilah peran AII untuk mendorong bagaimana TRL 7 itu bisa diarahkan ke-8 dengan mempertemukan inventor dan investor,” tuturnya.
Menurut Didiek, inventor yang mengarah pada peningkatan produktivitas industri kelapa sawit dan produk turunannya dan pengembangan industri sawit yang berkelanjutan dan ramah lingkungan akan sangat dibutuhkan dalam memajukan industri sawit Indonesia.
Ia mengatakan upaya mengembangkan dan memajukan industri kelapa sawit di dalam negeri dan di kancah global membutuhkan sinergi dan kolaborasi para pemangku kepentingan khususnya BPDPKS dan industri untuk bisa meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Indonesia.
AII memfasilitasi 13 inventor periset Grand Riset Sawit untuk hilirisasi hasil penelitian, yang didanai BPDPKS, mulai dari plastik dari limbah sawit, limbah kelapa sawit menjadi material nano crystal, bioenergi hingga busa pemadam kebakaran dari minyak sawit.
Minyak sawit yang paling produktif menyumbang kurang lebih 42% dari total suplai minyak nabati dunia seiring dengan permintaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun pertumbuhan permintaan akan minyak nabati dunia meningkat rata-rata sebesar 8,5 juta meter ton setiap tahun sehingga sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia Indonesia akan menargetkan dapat memproduksi lebih dari 50 juta ton minyak Sawit pada tahun 2025 ini,imbuhnya.
“Nah hal ini tentunya akan memberikan lebih banyak pasokan untuk industri makanan termasuk minyak goreng dan industri makanan lainnya yang berbasis pengetahuan kemudian terkait juga dengan biodiesel ini akan berdampak pada domestik dan ekspor dalam rangka pasar global dengan data produktivitas lahan terbaik dibandingkan minyak nabati yang lain, sawit berada pada posisi terbaik untuk dapat memenuhi permintaan dunia yang meningkat tersebut,lanjutnya.
Kegiatan riset merupakan pondasi industri sawit yang dibutuhkan sebagai ujung tombak kemajuan industri berbasis komunitas unggulan strategis Nasional oleh karenanya kami membutuhkan alokasi data yang besar kami juga menyediakan alokasi dana yang besar yang mencukupi untuk penguatan aktivitas riset yang dapat dilakukan atau dimanfaatkan nantinya semaksimal mungkin untuk mendukung pengembangan perkebunan dan industri selalu berkelanjutan ,nah program Litbang merupakan salah satu upaya kami di BPD PKS untuk melakukan penguatan pengembangan dan peningkatan perkebunan dan industri sawit yang saling bersinegi antara sektor hulu sampai dengan sector hilir.
Kita juga harus berupaya dengan program-program sawit yang sudah tua di remajakan sehingga muncul yang baru dengan bibit-bibit yang bagus bibit yang hasil penelitian juga salah satunya bibit-bibit yang kualitasnya sangat bagus sehingga nanti produktivitasnya akan semakin meningkat, kalau produktivitas semakin meningkat hasil panen semakin meningkat ini berdampak kepada kesiapan Indonesia memberikan pasokan akan kebutuhan sawit yang semakin meningkat baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
‘’Bagi BPDPKS kerjasama dengan AII ini mempercepat hilirisasi hasil riset (terutama berupa teknologi) yang dibiayai oleh BPDPKS untuk secara cepat dan luas dimanfaatkan oleh industri guna mendukung pembangunan industri kelapa sawit nasional yang tangguh di pasar global,’’ kata, Direktur Penyaluran Dana BPDPKS, Zaid Burhan Ibrahim dalam konferensi persnya di Jakarta, Selasa, 2 Juli 2024.
Zaid mengatakan, riset-riset yang dihasilkan ada yang diteruskan ke Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan ini upaya kami tiap tahunnya mengadakan pekan riset sawit.
“Dari penelitian ini kita sudah 346 kontrak kerja sama dan 88 lembaga penelitian dan pengembangan seperti kampus-kampus seribuan orang kerja sama di penelitian kami. Kami juga mendorong anak-anak muda untuk melakukan penelitian, lomba riset tingkat mahasiswa, sudah 383 mahasiswa melakukan penelitian sawit,’’ paparnya.
Zaid mengatakan, Indonesia adalah produsen terbesar minyak sawit di dunia dengan menyumbangkan 59 persen dari total produksi global atau sekira 45,5 juta ton per tahun. Ia pun mencontohkan, kalau Anda punya mobil berbahan solar, kalau kita beli solar 6.100 per liter, kalau di pertalite dan pertamax udah di atas 10 ribuan.
‘’Kandungan 35 persen yang ada di bahan bakar solar itu sawit, yaitu bahan bakar nabati dicampur dengan solar. Dampaknya apa, yang seharusnya mengimpor solar banyak karena ada program B35 jadi berkurang. Sebanyak 13 juta kiloliter kita lakukan untuk biodiesel dan penghematan bisa dilakukan,’’tuturnya
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Inventor Indonesia (AII) Prof Didiek Hadjar Goenadi mengatakan, Misi AII, yaitu membantu inventor untuk mengatasi kendala/hambatan dalam komersialisasi invensinya, memperkuat kemampuan inventor dalam berinvensi, dan membekali inventor dengan kemampuan memasarkan invensinya.
‘’Misi ini dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan mulai dari valuasi hingga promosi kepada industri yang potensial dengan core business yang sesuai dengan jenis invensi yang dihasilkan oleh para inventor,’’tegasnya.
Prof Didiek mengungkap pada 2024 ini pihaknya mendapatkan amanah untuk melakukan valuasi atas 88 hasil riset GRS 2021-2023. Dari hasil proses seleksi awal terhadap 88 invensi oleh Tim Ahli Internal AII diperoleh 41 invensi yang layak setelah dikurangi dengan hasil riset non-teknologi, duplikasi penomoran, dan hasil riset yang sudah divaluasi dalam periode sebelumnya.
Dari total 41 invensi terseleksi tersebut,Tim Ahli Internal AII melakukan proses valuasi lebih lanjut dan menyimpulkan bahwa hanya 24 invensi saja yang layak divaluasi lebih lanjut.
‘’Pendalaman terhadap 24 invensi tersebut telah dilakukan dengan melakukan diskusi bersama 24 Inventor untuk memaparkan hasil risetnya kepada Tim Ahli Internal AII (melalui zoom) dan diperoleh 16 invensi yang lolos dengan kesiapan teknologinya, keekonomian yang cukup tinggi dan siap komersialisasi serta TRL >= 7, dimana 8 invensi lainnya, dinyatakan belum siap komersialisasi,’’ sebutnya.
Zaid Burhan Ibrahim Direktur Penyaluran Direktur Penyaluran Dana BPDPKS,Kami harus menyampaikan secara jujur atas semua capaian-capaianya terima kasih sebesar-besarnya karena seluruh tim membantu proses di atas hasil-hasil yang selama ini, kemudian kami informasikan bahwa BPDPKS akan terus dan akan selalu berkomitmen untuk mendukung terkait dengan program-program dari kami,ini semakin membuktikan bahwa diperbanyak aktivitas-aktivitas ekonomi yang harus dilakukan agar hasil-hasil riset ini dapat dimanfaatkan dari komersialisasi ,tentu kita berharap lebih baik lagi dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun kita komitmen dengan kemajuan industri sawit.
Selanjutnya, AII akan mempertemukan masing-masing inventor dan calon investor potensial yang berminat untuk berdiskusi bersama secara lebih spesifik dan teknis dalam rangka menindaklanjuti kerja sama yang mungkin bisa dijalin antara inventor dengan perusahaan yang berminat dengan teknologi itu.tutup Didiek.