Wartajakarta.com- Sastrawan Abdul Hadi WM adalah muara dari tiga sungai peradaban besar. Yaitu, peradaban Islam, India, dan China. Hal itu dinyatakan oleh sastrawan dan penyair Jamal D. Rahman.
Jamal D. Rahman adalah pembicara dalam diskusi yang membahas tentang sastrawan Abdul Hadi WM dan sastra sufistik. Diskusi itu berlangsung di Jakarta, Kamis malam, 25 Januari 2024.
Diskusi yang menghadirkan Jamal D. Rahman itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA. Webinar itu dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Amelia Fitriani.
“Inilah yang mungkin dimaksud, bahwa Abdul Hadi WM menggali khasanah kebudayaan atau peradaban Timur, sebagai alternatif dari kebudayaan Barat. Yakni, yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan kita secara intelektual, dan terutama secara kultural,” kata Jamal.
Dalam diskusi itu, Jamal mengungkapkan, Abdul Hadi menggeluti sastra sufistik hampir di sepanjang karir intelektual dan kepenyairannya.
Untuk menjelaskan asal muasal, bagaimana peradaban besar dunia mempengaruhi Abdul Hadi WM, Jamal mengutip dan membacakan beberapa bait dari puisi panjang berjudul “Madura.”
Puisi karya Abdul Hadi ini pernah mendapat penghargaan sebagai puisi terbaik dari Majalah Horison pada 1967. Sesuai judulnya, puisi ini bicara tentang Madura, kampung halaman Abdul Hadi WM.
“Dari situ terlihat perkembangan intelektual dan spiritual Abdul Hadi WM, termasuk gagasannya tentang sastra sufistik,” tutur Jamal.
Jamal menguraikan, dari mana sebenarnya Abdul Hadi mendapatkan inspirasi untuk menggali gagasan-gagasan untuk sastra sufistik.
Abdul Hadi WM lahir dan besar di Pasongsongan, sebuah desa di pantai utara Madura, di mana melalui pantai utara itu Madura terkoneksi dengan berbagai peradaban besar, khususnya Islam, India, dan China.
“Jejak-jejak kebudayaan India dan China sangat jelas terlihat di Madura, terutama di Sumenep,” ujar Jamal. Desa Pasongsongan terletak di Kabupaten Sumenep.
“Dari Pasongsongan, Abdul Hadi sudah mengenal tradisi spiritual Islam, terutama tarekat-tarekat yang sudah mengakar secara historis dan cukup lama di kawasan itu,” sambungnya.
“Maka tidak mengherankan bila dalam perkembangan intelektualnya nanti, Abdul Hadi menggali tradisi tasawuf,” tegas Jamal.
Menurut Jamal, Abdul Hadi WM sendiri memiliki darah keturunan China. “Sedangkan dalam kebudayaan kita, keturunan China yang sudah masuk Islam akan terasimilasi sedemikian rupa dan dianggap pribumi,” lanjut Jamal.