Connect with us

Hiburan

Fakhrunnas MA Jabbar: Tanah Melayu Tak Bisa Lepas dari Tradisi Pantun

Wartajakarta.com-Tanah Melayu adalah tanah yang tak pernah lepas dari tradisi pantun. Segala sesuatu aktivitas masyarakat selalu menggunakan pantun. Cuma ada tiga momen yang tak ada pantunnya: saat menjenguk orang yang sakit keras; saat menagih utang; dan saat menjatuhkan talak perceraian.

Hal itu diungkapkan penyair senior Fakhrunnas MA Jabbar, dalam acara Obrolan HATI PENA #5, bertema “Kata dan Mantra Kala Pandemi,” di Jakarta, Ahad (19/9). Fakhrunnas adalah penerima National Writer’s Award SATUPENA kategori fiksi (2021).

Acara ini menampilkan lebih dari 30 penyair dan penulis dari berbagai latar belakang profesi. Sedangkan total peserta yang berpartisipasi sekitar 100 orang. Ada dosen, wartawan, diplomat, jenderal purnawirawan, pengusaha, aktivis sosial, dan sebagainya.

Di acara itu, tampil juga penyair senior D. Zawawi Imron, yang adalah penerima penghargaan The SEA Write Award, Bangkok (2012). Acara ini dibuka dengan sambutan pengantar dari Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, Denny JA.

Dalam acara itu, Fakhrunnas membacakan tiga puisi karyanya. Puisi itu adalah: “Hujan pun Membasuh Corona”; “Mengusap Hujan Airmata pun Berjatuhan”; dan “Doa Terubuk dan Sekalian Ikan di Lautan.” Fakhrunnas, yang seorang Sarjana Perikanan, membacakan puisi-puisinya dengan lantang.

Fakhrunnas adalah putra dari ulama Buya Mansur Abduk Jabbar dan Hj. Aminsuri Wahidy, juga sepupu dari sastrawan Hamid Jabbar. Selain menimba ilmu di sekolah umum, Fakhrunnas juga memperdalam ilmu agama di Pesantren MTI Airtis dan jenjang Tsanawiuah di Pesantren YLPI Bengkalis.

Gelar sarjana perikanan diraihnya pada Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Riau tahun 1985. Sedangkan gelar Magister Ilmu Komunikasi diperolehnya pada Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) tahun 2014.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Hiburan