Connect with us

Jakarta

Pengamat : Pencopotan Dirut Garuda Salahi Prosedur, Ada Udang di Balik Batu

JAKARTA– Kasus pencopotan mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Ari Askhara menyisakan pertanyaan. Pasalnya, ada beberapa hal yang dinilai janggal dan terindikasi sebagai sebuah ‘settingan’. Hal tersebut diungkapkan oleh Pemerhati Politik sekaligus Aktivis 98, Irwan Suhanto.

Menurut Irwan, ada upaya yang sangat sistematis dalam kasus penyelundupan spare part motor Harley di pesawat Airbus A330-900 milik PT Garuda Indonesia, beberapa waktu lalu. Irwan menuturkan, ada upaya yang sistematis untuk menghancurkan reputasi Ari Askhara yang tengah menjabat sebagai Dirut Garuda kala itu. Mulai dari eksploitasi kasus yang baru dilakukan di bulan Desember, padahal kasusnya sendiri sudah diketahui sejak November, kemudian isu mengenai ‘gundik’ yang secara tiba-tiba mencuat.

“Kalau diperhatikan, kasusnya sendiri sebenarnya sudah ada sejak November, tetapi baru diramaikan di bulan Desember, diikuti dengan persoalan personal eks Dirut Garuda mengenai ‘pergundikan’ untuk merusak reputasi, setelah itu pencopotan dilakukan, anehnya, setelah pengungkapan spare part Harley dan persoalan personal, baru dilakukan penyidikan, prosedurnya saja sudah salah,” kata Irwan Suhanto dalam keterangan terulisnya, di Jakarta, Sabtu (21/12/2019).

Menurutnya, seharusnya dalam kasus ini seharusnya tetap berdasarkan asas praduga tak bersalah sebelum terbukti melakukan kesalahan. Namun yang terjadi, sebelum proses hukum dimulai, Kementerian BUMN langsung melakukan pencopotan. “Di negara hukum seperti Indonesia  kita berikan asas praduga tak bersalah dulu sebelum kita cari kesalahan, ada seorang pejabat negara sudah ditetapkan oleh KPK masih menjabat ditangkap ditahan baru dicopot dari jabatannya,” kata dia.

Irwan menyatakan, melihat polemik tersebut, ada kesan bahwa kasus ini mencuat untuk menutupi hal lain. Pasalnya, kasus Garuda bertepatan dengan terbongkarnya kasus BUMN yang merugi hingga triliunan, seperti Jiwasraya dan BTN. “Jadi kasus ini seperti udang di balik batu, digembar gemborkan untuk menutupi keboborokan lainnya,” kata dia.

Menurut Irwan, publik harus belajar untuk memilah informasi yang terlanjur mengalir deras baik di media maupun social media sehingga tidak kehilangan fokus. “Saya berharap, public menjadi lebih ‘aware’ terhadap isu yang berdear di era disrupsi media saat ini dan menyikapi dengan objektif setiap permasalahan termasuk permasalahan Garuda. Ada hal-hal yang jauh lebih krusial di tubuh BUMN selain isu Garuda Indonesia ini,” kata dia.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Jakarta