
Wartajakarta.com-Asosiasi Inventor Indonesia (AII) kembali dipercaya oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) untuk mendorong penyebarluasan hasil-hasil riset yang didanai oleh
BPDP, yaitu Grant Riset Sawit (GRS) agar dapat dikomersialkan (hilirisasi) dan/atau diterapkan oleh pengguna. Kali ini acara yang dikemas dalam kegiatan Promosi Sawit Baik dengan fokus Melalui Diseminasi Teknologi Hasil GRS yang Aplikatif untuk Meningkatkan Produktivitas Petani dan UMKM Kelapa sawit dengan target utama petani dan UMKM diselenggarakan di Kampar, Riau, bertempat di Hotel Labersa pada hari Rabu tanggal 30 April 2025 dengan dihadiri oleh petani/UMKM sebanyak 52 orang di samping perwakilan dari BPDP dan AII sebagai penyelenggara.
Dalam sambutan pembukaannya Prof (Ris). Ir. Didiek Hadjar Goenadi, M.Sc., Ph.D., IPU, INV selaku Ketua Umum AII menjelaskan bahwa acara yang diselenggarakan untuk petani/UMKM kelapa sawit ini dilatarbelakangi oleh adanya keluhan bahwa hasil riset
kelapa sawit yang dibiayai oleh BPDP (GRS) masih kurang dapat dimanfaatkan khususnya oleh petani/UMKM. Meskipun kegiatan diseminasi sudah dilakukan oleh BPDP namun tampaknya masih diharapkan penyampaian teknologi yang bermanfaat bagi petani disampaikan secara langsung.
Oleh karena itu dengan dukungan BPDP, AII merencanakan kegiatan diseminasi ini ke tiga provinsi, yaitu Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan Selatan. Diharapkan melalui kegiatan ini teknologi-teknologi yang aplikatif
untuk petani/UMKM khususnya dalam rangka meningkatkan produktivitas dapat dimanfaatkan oleh petani/UMKM. Dalam kegiatan di Kampar ini disajikan tiga invensi yang erat kaitannya untuk meningkatkan produktivitas petani kelapa sawit, yaitu: (a) alat pendeteksi kematangan buah (TBS) hasil invensi Dr-Eng Muhammad Makky, STP., M.Si dan tim dari Universitas Andalas, (b) sistem pintar dengan android sebagai penyuluh kelapa sawit bagi petani oleh Muhdan Syahovy, SP., M.Sc dari Pusat Penelitan Kelapa Sawit (PPKS) Medan, dan (c) teknologi kuratif pengendalian penyakit Ganoderma dengan fungisida nabati oleh Ciptadi Achmad Yusup, SP., M.Si dari PPKS Unit Bogor.
Pihak BPDP yang diwakili oleh Direktur Penyaluran Dana, Mohammad Alfansyah, S.H., M.H menyampaikan bahwa BPDP melaksanakan tugas sesuai mandatnya yang salah
satunya adalah membiayai kegiatan riset dari berbagai lembaga riset (perguruan tinggi dan lembaga penelitian) di tanah air untuk menghasilkan kebijakan dan/atau teknologi yang dapat mendorong terwujudnya industri kelapa sawit nasional yang tangguh di pasar
global. Khusus kerjasama dengan AII kali ini diharapkan teknologi yang aplikatif bagi petani/UMKM kelapa sawit dapat segera dimanfaatkan oleh penggunanya.
Mohammad Alfansyah menjelaskan bahwa dana riset untuk menghasilkan teknologi tersebut berasal dari kontribusi para pelaku industri kelapa sawit nasional termasuk petani sehingga hasilnya diarahkan untuk dapat dimanfaatkan langsung oleh petani untuk meningkatkan kinerjanya. Selain itu dijelaskan pula bahwa BPDP selain mendanai riset kelapa sawit juga meningkatkan kapasitas SDM kelapa sawit dengan menyediakan beasiswa bagi anak-anak petani kelapa sawit yang melanjutkan ke perguruan tinggi dengan mendalami perkelapasawitan (Program Diploma dan Sarjana) yang mekanismenya dilaksanakan melalui Dinas Perkebunan setempat dan dikoordinasikan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementan RI.
Hal ini penting menurutnya, karena bukan hanya kebun kelapa sawit tua saja yang perlu diremajakan, tetapi juga petaninya. Selain itu, BPDP juga menyediakan dana untuk replanting, sarana dan prasarana kebun seperti jalan dan lain-lain.
Penyajian materi oleh ketiga inventor teknologi hasil riset GRS yang dipimpin oleh Dr. Ir. Muhammad Ibnu Fajar, M.Si dari AII sangat menarik perhatian para peserta diseminasi. Alat deteksi kematangan buah yang dapat meningkatkan mutu hasil panen petani dan secara langsung dapat meningkatkan pendapatan petani tanpa khawatir menerima potongan harga dari pabrik kelapa sawit (PKS) akibat TBS yang dipanen di bawah standar mutu siap olah. Aplikasi dalam perangkat android yang berisi berbagai informasi standar budidaya kelapa sawit menawarkan kemudahan kepada petani untuk berkonsultasi dalam kegiatan pengelolaan kebun yang efisien sehingga dapat mencapai produktivitas yang maksimal. Untuk menangani Ganoderma yang masih terus
mengancam kebun kelapa sawit, khususnya milik petani, teknologi kuratif pengendaliannya dengan fungisida nabati telah dibuktikan cukup efektif sehingga dapat diaplikasikan oleh petani untuk melindungi tanaman dari serangan penyakit ini atau menyembuhkan untuk tanaman yang sudah terlanjur terserang.
Dalam sambutan penutupannya, Dr. Ir. Mochamad Yunus sebagai Ketua Panitia Pelaksana kegiatan dari AII menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan rangkaian tahap awal akan dilaksanakan di provinsi Riau yang selanjutnya di provinsi Sumatera Utara pada bulan Juni dan di provinsi Kalimantan Selatan pada bulan Agustus 2025.
Diharapkan dengan kegiatan diseminasi yang intensif dan masif maka teknologiteknologi yang dihasilkan dari GRS dapat segera dimanfaatkan oleh para petani/UMKM kelapa sawit.
