Connect with us

Nasional

TripTrus Ajak Komunitas Sepeda Lipat Berwisata Ke Gombong  

Wartajakarta.com- Booming penggunaan sepeda lipat dinilai mampu mengangkat kegiatan wisata di berbagai daerah yang dilalui oleh jalur kereta api dari PT KAI. Untuk itu, TripTrus.com bersama Komunitas Wisata Gombong menginisiasi kegiatan wisata dengan mengajak para anggota komunitas Sepeda Lipat Selatan Jakarta (SelSel) untuk melihat berbagai destinasi menarik yang dimiliki oleh Kota Gombong. Brahmantya Sakti (Bram) dari TripTrus.com menjelaskan, “Kami ingin menggalakkan sport tourism di Kebumen, khususnya Gombong, untuk memberikan rute alternatif baru bagi para penikmat sepeda lipat.” Bram menambahkan, “Kami melihat Gombong sebagai destinasi yang tepat untuk diangkat, mengingat jarak tempuh yang relatif terjangkau dari Jakarta dan jalanan yang relatif lebih sepi, sehingga lebih nyaman untuk bersepeda. Oleh karena itu, kami yakin akan potensi Gombong sebagai salah satu alternatif weekend getaway bagi kaum urban Jakarta yang butuh suasana baru saat bersepeda.”

Pada tanggal 6-8 September 2019, delapan belas orang anggota SelSel dan Makki Parikesit, bassist band Ungu, menikmati berbagai keindahan pemandangan serta sejarah yang dimiliki kota terbesar kedua di Kabupaten Kebumen itu. Perjalanan ini dimulai dengan berangkat menggunakan KA Sawunggalih yang meninggalkan Stasiun Senen, Jakarta, pada pukul 18.30 WIB. Sejak ditambahkannya gerbong khusus sepeda pada rangkaian kereta ke beberapa daerah, para pengguna sepeda, khususnya sepeda lipat, lebih mudah membawa tunggangannya mencapai Gombong dengan menempuh perjalanan selama kurang lebih enam jam. Tiket kereta ini dapat diperoleh dengan harga yang cukup terjangkau – berkisar antara Rp250.000-Rp350.000.

Kedelapan belas anggota SelSel yang terbiasa menikmati riding di keramaian lalu lintas kota Jakarta mengakui bahwa rute baru yang diusulkan kali ini benar-benar berbeda dari apa yang mereka biasa temui sehari-hari. “Kami terbiasa dengan keramaian dan kemacetan Jakarta,” ungkap Agam Bramulia salah seorang anggota SelSel. “Perjalanan ini tentunya jadi angin segar bagi kami yang tiap hari harus berhadapan dengan lalu lintas Jakarta,” ujar pesepeda yang terbiasa bersepeda ke kantor.

Kota Gombong sendiri kini memiliki akomodasi yang cukup layak untuk dijadikan tempat bermalam dan beristirahat bagi wisatawan. Beberapa hotel di Gombong telah dilengkapi dengan pendingin ruangan dan hot shower, sehingga wisatawan tidak perlu takut kehilangan kenyamanan yang biasa dinikmati di rumah mereka.

Perjalanan hari pertama di Gombong dimulai dengan mengunjungi berbagai destinasi seperti;  Pantai Suwuk, Pantai Karang Bolong, Gua Jatijajar dan Pantai Menganti. Meski terdengar melelahkan, namun udara yang sejuk serta pemandangan area persawahan dan pedesaan yang dilalui membuat rute sejauh lima puluh kilometer jadi tidak terasa.

Bagi para pecinta kuliner, Kota Gombong juga punya banyak kekayaan kuliner yang tidak boleh dilewatkan. Misalnya, Soto Gombong yang unik karena menggunakan daging bebek, Sate Ambal yang super gurih, atau nikmati lobster panggang segar di pinggir pantai.

Titik perjalanan pertama di hari kedua adalah di Pasar Pereng Kali Kemit. Pasar ini berada di bantaran Sungai Kemit dan bernaung di bawah rumpun bambu alias pampringan. Keunikan Pasar yang hanya dibuka tiap hari Minggu Legi ini adalah pengunjung hanya dapat berbelanja menggunakan uang kepeng. Uang kepeng tersebut dapat dibeli dengan harga dua ribu rupiah dan digunakan untuk membeli berbagai jajanan tradisional seperti sawud, cetil, rujak hingga getuk. Di pasar ini dilarang menggunakan plastik dan semua makanan dibuat secara tradisional dengan kayu bakar dan arang tanpa menggunakan gas elpiji. Makki Parikesit menyampaikan kesannya saat berada di Pasar Pereng, “Suasana alam dan budaya lokal terasa sangat kental saat berada di pasar ini. Sebagai musisi, nuansa seperti ini sangat inspiratif dan suasana seperti ini yang saya cari dan bakal bikin kangen.”

Rute selanjutnya adalah bangunan bersejarah Roemah Martha Tilaar yang didirikan pada tahun 1920 direnovasi pada tahun 2013 dan kini menjadi salah satu ikon wisata Kota Gombong. Di sini, rombongan disambut oleh Sigit Asmodiwongso, kepala rumah tangga Roemah Martha Tilaar. Sigit mengatakan, “Kebumen memiliki peluang besar jadi destinasi libur akhir pekan bagi warga Jakarta. Secara khusus Roemah Martha Tilaar memberikan apresiasi kepada Komunitas SelSel dan TripTrus yang memperluas akses pasar sekaligus memberikan edukasi kepada pelaku lokal.”

Kemudian perjalanan bersambung ke Benteng Van der Wijck yang menjadi populer setelah menjadi setting untuk film “The  Raid 2: Berandal”. Benteng yang dibangun pada abad ke-18 ini adalah satu-satunya benteng dengan bentuk segi delapan yang ada di Indonesia.

Destinasi terakhir adalah Pabrik Rokok Sintren. Pabrik rokok ini diawali dari pasangan suami istri The Tjoan (Agus Subianto) dan Tjo Goe Nio (Setiawati) yang memproduksi rokok klembak menyan merek Sintren, Togog dan Bangjo. Sampai saat ini Pabrik Rokok Sintren masih terus beroperasi sejak berdiri pada tahun 1950.

Senyum lebar mengembang dari para pesepeda saat kembali ke Jakarta dengan kereta Kutojaya saat senja mulai temaram di Kota Gombong. Beberapa bahkan telah menyatakan niat kembali ke Gombong bersama teman-teman dari komunitas sepeda lain dari Jakarta.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

More in Nasional