
Wartajakarta.com-Batik adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang sudah menjadi identitas bangsa Indonesia. Hampir semua kabupaten di Indonesia memiliki motif batik khas daerah nya masing-masing, terutama Kabupaten Bojonegoro. Perkembangan seni motif batik di Bojonegoro sangat signifikan ditandai dengan lebih dari dua puluh motif batik dengan berbagi versi dan pengembangan kombinasinya. Di Bojonegoro, terdapat lebih dari 20 pengrajin batik yang tersebar di banyak kecamatan se-kabupaten Bojonegoro. Namun, wawasan mereka terutama yang sudah tergabung di dalam Asosiasi Pengrajin Batik Bojonegoro (APBB) tentang limbah cair dan regulasi nya masih perlu di tingkatkan lagi.
Kondisi ini dicermati oleh Adib Nurdiyanto selaku founder Creative Economy Center (CEC) yang kemudian melakukan komunikasi dengan Ibu Eni Kusnuryanti, S.Pd, MM selaku ketua APBB guna berbagi wawasan tentang pengolahan limbah cair proses pewarnaan kain batik. Adib sudah memulai inovasi ini sejak 2019 bersama Bakorwil Bojonegoro dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bojonegoro. Bertempat di salah satu rumah makan (12 Mei 2024), adib hadir bersama beberapa pengurus CEC pada pertemuan rutin anggota APBB. Kegiatan tidak hanya secara lisan, namun lebih pada praktek mengolah limbah cair dari proses pewarnaan kain batik menjadi cat serbaguna dengan sifat pelarut air. Cat ini juga diuji coba dalam kegiatan ini pada beberapa permukaan benda, mulai dari kayu, paving, genteng hingga ban mobil.
Harapan ke depan adalah dengan adanya cat ini bisa menjadi bahan untuk menghasilkan karya lain bernilai ekonomis sebagai sumber pendapatan tambahan. Nanang, salah satu peserta pelatihan juga meminta kepada pemateri untuk melanjutkan inovasi pengolahan limbah proses pewarnaan kain batik yang berwujud padat, yakni malem. Selanjutnya Adib yang juga merupakan Dosen Istek Icsada menyatakan optimis mampu mengolah limbah padat tersebut.
