Wartajakarta.com- Pada paruh pertama 2021, Citi telah berhasil membukukan lebih dari US$25 miliar untuk klien Asia Pasifik dari pasar modal global dan lokal yang diperuntukan untuk mendukung kebutuhan pembiayaan berkelanjutan. Ini merupakan peningkatan sebesar 400% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dan tercatat sebagai peningkatan terbesar selama setengah tahun.
Transaksi yang paling menonjol pada paruh pertama tahun ini antara lain adalah dari Alibaba Group melalui penawaran empat bagian senilai US$5 miliar pada bulan Februari 2021 yang
mencakup rencana keberlanjutan bertahap selama 20 tahun. Ini juga merupakan transaksi keberlajutan pertama di pasar modal bagi Alibaba. Sedangkan dari sektor perangkat keras
(hardware), SK hynix menerbitkan obligasi senilai US$2,5 miliar di bulan Januari dengan rencana
keberlanjutan selama 10 tahun.
Citi juga memimpin dalam penerbitan sukuk senilai US$3 miliar untuk Indonesia pada bulan Juni yang mencakup rencana berkelanjutan selama 30 tahun. Ini merupakan penawaran hijau terlama berbentuk syariah “Sebagai perusahaan global yang memegang teguh nilai-nilai perusahaan, Citi berdedikasi untuk mendukung transisi ke ekonomi rendah karbon. Citi melihat pembiayaan berkelanjutan sebagai
mandat dan peluang untuk bermitra dengan klien kami di seluruh wilayah untuk membantu mereka dalam mengurangi emisi karbon pada operasi mereks dan mencapai tujuan keberlanjutan perusahaan mereka,” kata Peter Babej, CEO Citi Asia Pasifik.
Dalam banyak kasus, para emiten sekarang dapat mengumpulkan pembiayaan secara lebih
murah melalui penerbitan obligasi hijau.Penetapan harga yang menguntungkan atau ‘greenium’ juga terlihat jelas di antara emiten obligasi berkelanjutan karena para emiten dapat memonetisasi tingkat kelebihan permintaan yang lebih tinggi untuk transaksi ini terutama di pasar yang dinamis dan menantang.
Ini merupakan fungsi dari meningkatnya permintaan.
Sepuluh tahun yang lalu, pasar investasi ESG didominasi oleh investor tertentu saja yang menurut pasar dengan aset yang dikelola tidak melebihi US$5 miliar. Satu dekade kemudian,
investasi ESG menjadi arus utama — bergerak dari yang niche ke sesuatu yang dibutuhkan.
Hal ini terlihat dari kenaikan AUM ESG global yang saat ini telah mencapai US$30-45 triliun.Modal yang dikumpulkan untuk klien Asia adalah bagian dari target pembiayaan global Citi secara keseluruhan. Pada tahun 2019, Citi berhasil mencapai Pembiayaan Lingkungan sebesar $100 miliar empat tahun lebih awal dari target yang ditentukan.
Pada April 2021, bank mengumumkan tujuan pembiayaan lingkungan senilai US$500 miliar, sebagai bagian dari tujuan pembiayaan berkelanjutan senilai US$1 triliun yang ditargetkan pada tahun 2030.Kemitraan yang terjalin dengan klien saat ini telah berkembang lebih dari sekedar pembiayaan.
“Cakupan dari upaya pembiayaan berkelanjutan Citi terus berkembang, dan telah berhasil merangkul berbagai segmen klien mulai dari investor yang memposisikan ulang portofolio mereka ke arah industri yang lebih hijau, hingga perusahaan yang menyelaraskan kembali model bisnis mereka melalui akuisisi dan divestasi. komitmen institusional kami untuk membangun masa depan yang lebih hijau telah mencakup berbagai aktivitas ini,” tambah Babej.
Dalam berbagai kasus, Citi turut mengembangkan solusi bersama dengan klien dari sisi pembelian untuk memastikan pemenuhan kebutuhan utama mereka, termasuk dalam
membentuk indeks Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (ESG) yang berstandar internasional Citi memiliki indeks ESG yang dapat dijadikan tolak ukur (benchmark) untuk dapat bertransisi ke
portolio yang berkelanjutan.
Untuk operasinya sendiri, Citi menargetkan emisi nol bersih pada tahun 2030 berdasarkan jejak lingkungan dan mencapai 100% listrik terbarukan pada tahun 2020.
Selain itu, sejak 2001 Citi telah bekerja untuk mengukur, mengelola, dan mengurangi dampak lingkungan langsung dari operasinya dengan melacak penggunaan energi, emisi gas rumah kaca, penggunaan air, limbah, dan inisiatif pembangunan hijau. Citi tetap berkomitmen untuk mengurangi jejak lingkungan dari 7.000 fasilitasnya di hampir 100 pasar. Sebagian besar fokus ini untuk memastikan portofolio properti Citi lebih hijau dengan target yang jelas dan bertanggung jawab.
Di Jakarta, Citi telah bekerja sama dengan Zero Waste dalam rangka mengurahi jumlah sampah
yang dibuang. Dari September hingga Desember 2020, Citi Indonesia berhasil menyumbangkan sampah sebanyak 250 kilogram perbulan ke TPA yang digunakan untuk kompos atau didaur
ulang. Inisiatif ini masih terus berlanjut hingga kini.