
Wartajakarta.com-Kekayaan tradisi dan keunikan budaya lokal, jika bisa diangkat ke tingkat global dengan citarasa masa kini dan teknologi tinggi, maka ia akan menjadi karya budaya yang sangat kuat. Hal itu juga berlaku untuk budaya Minangkabau.
Hal itu diungkapkan oleh Denny JA, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia, SATUPENA, dalam Webinar “Literasi Minangkabau: Dulu, Sekarang dan Akan Datang.”
Webinar yang membahas budaya Minangkabau itu berlangsung di Jakarta, Kamis malam, 6 Oktober 2022. Diskusi dipandu oleh Armaidi Tanjung dan Elza Peldi Taher.
Denny JA menuturkan, keunikan tradisi lokal yang diangkat dalam citarasa global dengan teknologi tinggi ini acapkali menjadi analisis para ahli.
“Dengan tesis itu, mereka menjelaskan, mengapa budaya Korea Selatan kini menjadi populer di tingkat dunia, bahkan oleh generasi milenial,” ujar Denny.
Menurut Denny, ini pula prinsip yang bisa kita berlakukan untuk aneka tradisi dan budaya lokal Indonesia, yang tak kalah kuat.
“Yakni, bagaimana budaya Minangkabau dan daerah lain bisa kita angkat ke tingkat internasional. Hal ini karena kita meyakini, budaya Indonesia tidak kalah dengan budaya Korea Selatan,” lanjutnya.
Terbukti, UNESCO pada 2020 menetapkan pantun sebagai warisan budaya dunia takbenda. Ini merupakan apresiasi yang luar biasa dari dunia internasional. “Kita tahu, Minangkabau, Sumatra Barat, sangat kaya akan pantun ini,” lanjut Denny.
Denny memberi contoh lain. Yakni, pada 2018, tim tarian Bali dari Indonesia telah memenangkan hadiah pertama dalam festival tari di Korea Selatan.
Saat itu total ada 50 tim internasional dari 20 negara yang berpartisipasi dalam festival. Ini termasuk Indonesia, Filipina, Rusia, Ukraina, Australia, dan Jepang. Ada juga 150 tim lokal dari Korea Selatan, dan 25 tim dari militer Korea Selatan.
