Wartajakarta.com- Perkumpulan Penulis Indonesia, SATUPENA, sore ini akan menghadirkan pengamat kebangsaan Yudi Latif, dan mendiskusikan topik Indonesia dan Tradisi Filantropi
Obrolan Hati Pena #127 tentang Indonesia dan Tradisi Filantropi itu akan berlangsung di Jakarta, Kamis sore, 21 Maret 2024, pukul 16.00 – 17.30 WIB. Diskusi itu akan dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Swary Utami Dewi.
Sebagai pembicara dalam diskusi ini, Yudi Latif dikenal sebagai cendekiawan yang memiliki perhatian pada masalah sosial kemasyarakatan dan kebangsaan.
Panitia diskusi menyatakan, filantropi diartikan sebagai aktivitas dukungan dan sumber daya sukarela, baik yang dilakukan secara individu maupun terorganisir untuk membantu mengatasi masalah kemanusiaan, kemiskinan dan kepentingan umum.
Di Indonesia, tradisi filantropi ini telah dilakukan sejak lama melalui konsep gotong royong dan tolong menolong dalam membantu sesama. Apa lagi masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang dermawan.
Berdasarkan World Giving Index (WGI) yang dirilis Charities Aid Foundation (CAF), Indonesia tahun 2023 menjadi negara paling dermawan.
Hal ini membuat Indoneia menjadi negara paling dermawan selama enam tahun berturut turut. Indikator yang dipakai adalah suka menolong orang yang tak dikenal, persentase jumlah donator dan kegiatan sukarelawan.
Karena itu tak heran, banyak tumbuh Lembaga filantropi. Baik individu maupun kelembagaan. Secara kelembagaan yang dikenal, misalnya, Lazismu Muhammadiyah dan Dompet dhuafa yang konon punya aset triliunan rupiah.
Lembaga ini secara terorganisir memberikan bantuan beasiswa dan pemberantasan kemiskinan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Di Barat tradisi filantropi mengakar kuat sejak lama. Adalah Andrew Carnegie yang dianggap sebagai suhu filantropi. Pandangannya soal kekayaan membuat namanya harum. Ia meletakkan derma dalam perpekstif baru.
Menurut Carnegie, kekayaan yang diperoleh siapapun harus digunakan sebanyak-banyaknya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan dan tak boleh diwariskan ke anak cucu.
Carnegie hanya mewariskan 10 persen hartanya untuk keluarga dan sisanya untuk derma sosial. Derma harus diberikan dalam bentuk tak hanya memberi ikan, tapi kail sehingga mereka mampu mencari ikan sendiri.
Derma difokuskan pada pengetahuan dan pendidikan. Ia amat banyak membuat perpustakaan dan universitas.
Acara diskusi ini bisa diikuti di link zoom: https:// s.id/hatipena127. Juga bisa melalui livestreaming: Youtube Channel, Hati Pena TV. Selain itu, lewat Facebook Channel: Perkumpulan Penulis Indonesia – Satupena. Disediakan sertifikat bagi yang membutuhkan.