Wartajakarta.com-Direktur eksekutif ETOS Indonesia Institut Iskandarsyah menilai elektabilitas pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Bekasi Tri Adhianto dalam beberapa bulan belakangan ini mengalami kemerosotan yang signifikan dibanding saat ada peristiwa hukum yang menyeret mantan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi.
Iskandar menilai wajar jika saat itu elektabilitas Tri Adhianto naik, sebab banyaknya kegiatan yang dilakukan menunjang popularitas secara personal seorang pimpinan birokrat di Kota Bekasi.
Namun demikian, kata dia, popularitas Tri tidak berbanding lurus dengan elektabilitasnya. Meski dirinya sebagai salah satu kandidat Cawalkot Bekasi pada Pilkada 2024 mendatang namun kinerjanya kerap disorot.
“Ini menunjukkan bahwa memang Tri bukan seorang tokoh. Seperti kita lihat porto folio beliau yang bermula dari birokrat, bukan politisi. Jadi agak sulit mendongkrak elektabilitasnya. Terlebih, banyak ASN dan masyarakat kecewa dengan kinerjanya yang dinilai jeblok dan minim gagasan.” ujar Iskandar di saat ditanya wartawan di Kantor Pemprov Jabar, Kamis (13/7/2023).
Lebih lanjut kata Iskandar, gaya kepemimpinan Tri Adhianto sangat berbeda dengan Mochtar Mohamad dan Rahmat Effendi yang merupakan politisi murni namun lebih akomodatif. Sehingga kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
“Sementara, Tri sendiri meski menjabat sebagai Plt.Wali Kota sayangnya tidak memiliki program kerja yang jelas. Bahkan sibuk mengurus hal-hal non tekhnis yang tidak ada kaitannya dengan jabatan dia sebagai Plt. Wali Kota. Maka wajar saja jika publik kecewa,” kata Iskandar
Selain itu, posisi Tri Adhianto sebagai Ketua DPC PDI-P Kota Bekasi dinilai mash kalah populer dengan Mochtar Mohamad yang juga merupakan mantan Ketua DPC PDI-P. Hal itu terbukti dari banyaknya kader PDI-P yang lebih melihat ketokohan Mochtar Mohamad ketimbang Tri Adhianto.
Seperti diketahui bahwa sebelumnya Tri maju sebagai Calon Wakil Wali Kota diusung oleh PAN untuk mendampingi Rahmat Effendi. Namun di tengah perjalanan Tri berpindah partai ke PDIP bahkan langsung menduduki jabatan Ketua DPC bukan meniti karir dari bawah di partai tersebut.
Iskandar juga menilai, belum ada prestasi yang berarti yang dibuat Tri untuk Kota Bekasi. Hasil survei ETOS terbaru Tri ada di peringkat ke 3. Sepanjang dirinya melakukan survei ke berbagai daerah, hanya Plt.Wali Kota Bekasi yang memiliki kemerosotan yang luar biasa.
“Padahal medsos-nya Mas Tri cuku masif. Ini bertanda bahwa mainan medsos tak menjamin mendongkrak elektabilitas seseorang, masyarakat sudah pandai. Sebab masyarakat perlu perbuatan bukan narsis di medsos-medsos, rakyat tak perlu malaikat palsu di 2024 mendatang untuk pemimpin Kota Bekasi,” ujar Iskandar.