Wartajakarta.com-Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43/2007 tentang Perpustakaan (Pasal 51, ayat 6) bahwa pemerintah memberikan penghargaan kepada masyarakat yang berhasil melakukan gerakan pembudayaan gemar membaca. Adapun penghargaan tersebut adalah Nugra Jasa Dharma Pustaloka.
Penghargaan diberikan kepada perseorangan, kelompok dan/atau atau lembaga yang telah berhasil memprakarsai, mendorong, dan/atau melakukan kegiatan gerakan pembudayaan kegemaran membaca dan literasi di Indonesia.
Sebanyak delapan kategori terbaik akan mendapatkan penghargaan tertinggi Nugra Jasa Dharma Pustaloka dalam malam apresiasi Gemilang Perpustakaan Nasional Tahun 2022 di Integrity Convention Centre (ICC) MGK, Kemayoran, Senin (14/11/2022).
Kategori tersebut antara lain kategori pejabat publik, tokoh masyarakat, pegiat literasi, media massa, jurnalis, pelestari naskah kuno, buku (pustaka) terbaik, dan lifetime achievement.
Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, mengatakan bahwa upaya mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan amanat konstitusi. Hal ini bukanlah tugas ringan. Perpustakaan Nasional terus melakukan inovasi dan krativitas melalui keterlibatan stakeholders untuk berkolaborasi dan bersinergi dalam pembudayaan kegemaran membaca masyarakat, mulai dari kementerian/lembaga, pemerintah daerah, masyarakat, penulis, penerbit, pegiat literasi (bunda literasi, duta baca), jurnalis dan media. Dukungan dari stakeholders ini patut untuk diberikan apresiasi sebesar-besarnya.
“Nugra Jasa Dharma Pustaloka tidak sekadar piagam dan trofi, tetapi kesejahteraan masyarakat sebagai dampak nyata penguatan literasi adalah penghargaan dan piala yang sesungguhnya,” ujar Syarif Bando dalam jumpa pers yang diselenggarakan di Executive Lounge, Gedung Fasilitas Layanan Perpusnas, Jl. Medan Merdeka Selatan, Jakarta, pada Jumat (11/11/2022).
Kehadiran perpustakaan sebagai jantung pendidikan selamanya akan menjadi strong point. Jembatan emas masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Perpustakaan adalah media penerang terhadap perkembangan intelektual masyarakat. Terlebih, perpustakaan yang timbul dari keinginan masyarakat akan menjadikan kegiatan di perpustakaan ramai dan bermanfaat.
Tahun ini, Perpustakaan Nasional mengusung tagline “Transformasi Perpustakaan untuk Mewujudkan Ekosistem Digital Nasional”. Kepala Perpustakaan Nasional menekankan pada masa kini, paradigma perpustakaan berubah yakni fokus pada
transfer of knowledge dengan prinsip perpustakaan menjangkau masyarakat.
Dalam pengembangan dan pembinaan kegemaran membaca, perpustakaan menjalankan program terkait pengembangan budaya literasi, salah satunya inovasi layanan Perpustakaan Nasional melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial dalam mendidik pelaku kewirausahaan bagi masyarakat termarjinalkan.
Saat ini, Perpustakaan Nasional sedang menyusun konten terapan potensi lokal seluruh kabupaten/kota di Indonesia sebagai referensi dan tutorial bagi masyarakat. Rencananya, konten potensi lokal akan disajikan secara digital sehingga mudah diakses masyarakat dan diluncurkan pada awal Januari 2023.
Secara umum, literasi bermakna bentuk kedalaman pengetahuan seseorang pada ilmu pengetahuan tertentu yang diperoleh dari kegiatan membaca yang kemudian ditransformasikan dalam kegiatan produktif yang memberikan manfaat sosial, ekonomi, dan kesejahteraan.
Kepala Perpustakaan Nasional menjelaskan telah merumuskan lima tingkatan literasi. Pada tingkatan pertama, literasi adalah kemampuan untuk membaca, menulis, berhitung, dan pembentukan karakter. Tingkatan kedua, literasi adalah kemampuan mengakses bahan bacaan terjangkau yang akurat, terkini, terlengkap, dan terpercaya.
Pada tingkatan ketiga, literasi adalah kemampuan memahami yang tersirat dan tersurat. Pada tingkatan keempat, literasi adalah kemampuan melakukan inovasi dan kreativitas sebagai antisipasi terhadap perkembangan teknologi informasi.
“Pada tingkatan kelima atau terakhir, literasi menyoal kemampuan memproduksi barang/jasa yang dapat digunakan dalam kompetisi global. Jadi pada tingkatan terakhir, bangsa yang berliterasi bukan hanya menjadi konsumen, tapi produsen,” pungkasnya.
Inilah yang dimaksud dalam konsep transformasi layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial. Masyarakat diajak berpikir kreatif, inovatif, dengan kemampuan yang dimiliki sehingga mampu menjadi solusi atas ketidakberdayaan ketika menghadapi situasi sulit semasa pandemi. Ketangguhan ini pun akan kembali diuji ketika ekonomi dunia pada 2023 mendatang akan mengalami resesi global.
Kepala Perpusnas menyatakan upaya membangun kualitas manusia dengan budaya literasi harus menjadi fondasi bagi terwujdunya masyarakat berkualitas dan sejahtera.
Turut hadir dalam jumpa media tersebut, Presiden IFLA Vicki MacDonald, pegiat literasi Nirwan Arsuka, Agung Wibawa, dan inspirator transformasi layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial Rodinatun.
Malam penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka dikemas dalam balutan konsep hiburan bertajuk “Gemilang Perpustakaan Nasional” dengan menghadirkan penampilan dari band D’Masiv.