WartaJakarta.com – Jakarta
Museum Layang-Layang Indonesia kembali menggelar acara menarik untuk menyambut bulan kemerdekaan HUT RI yang ke-79 tahun ini.
Keroncong De’ Poespo, grup musik keroncong yang telah dikenal dengan dedikasinya dalam melestarikan musik tradisional Indonesia, menjadi bintang utama dalam acara ini. Mereka berhasil menghidupkan suasana dengan lantunan lagu-lagu keroncong yang menyentuh dan membangkitkan rasa nasionalisme.
Acara “Keroncong Merdeka” bukan hanya sekadar pertunjukan musik. Dengan konsep yang menggabungkan seni dan budaya, para pengunjung juga dapat menikmati pameran layang-layang unik yang menggambarkan keanekaragaman budaya Indonesia. Acara ini memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk mengenal lebih dekat seni layang-layang yang merupakan bagian penting dari warisan budaya Indonesia.
Para pengunjung dari berbagai kalangan usia tampak antusias mengikuti rangkaian acara. Dengan suasana yang meriah dan penuh semangat kebangsaan, acara ini berhasil menarik perhatian banyak orang yang ingin merayakan bulan kemerdekaan dengan cara yang berbeda. Selain menikmati musik dan pameran, para pengunjung juga bisa berpartisipasi dalam berbagai kegiatan interaktif yang disediakan oleh penyelenggara.
Keberhasilan acara ini mencerminkan sinergi yang baik antara berbagai lembaga dan komunitas dalam melestarikan dan mempromosikan seni dan budaya Indonesia. Melalui acara seperti “Keroncong Merdeka,” masyarakat dapat semakin mencintai dan memahami kekayaan budaya yang dimiliki bangsa ini.
Menjaga Semangat Kemerdekaan
Tahun ini kita memperingati 79 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Berpuluh tahun lalu, para pejuang Indonesia mencetuskan kemerdekaan Indonesia dan mempertahankan kemerdekaan itu dengan bermacam cara. Perjuangan bersenjata, diplomasi, mencetak uang sendiri, menjaga kedaulatan bangsa di segala segi kehidupan. Termasuk bermusik, dengan gaya sendiri. Keroncong, antaranya.
Musik keroncong yang mendayu-dayu, menjadi bagian dari gegap-gempita perjuangan kemerdekaan. Mungkin cukup sulit dijelaskan, kenapa di tengah gejolak perjuangan kemerdekaan yang bahkan menumpahkan darah dan mengorbankan banyak nyawa, musik keroncong menyeruak di tengahnya. Nyatanya, lagu-lagu penyemangat perjuangan menjadi bagian tak terpisahkan dari khasanah keroncong.
Mungkin karena bara cinta tetap ada di antara api semangat kemerdekaan. Mungkin karena rindu yang sendu tetap berdegup di kalbu para pejuang, di antara desing peluru dan mortir menderu. Maka, semangat dan perjuangan tidak melulu harus diwakili lagu mars. Keroncong pun bisa. Bertahun telah berlalu sejak revolusi dan perjuangan kemerdekaan membara di seluruh pelosok Indonesia.
Keroncong tetap hidup, walau semakin menipis penikmatnya. Lagu-lagu keroncong pun digubah dengan menyerap aneka lagu dari ranah musik yang berbeda. Seperti setiap perubahan sosial-budaya yang dialami semua bangsa, segala sendi kehidupan memang akan selalu berubah, berkembang, berupaya menjadi lebih baik, walau kadang terjadi pula penurunan nilai-nilai budaya dan kehidupan.
Melestarikan keroncong kini menjadi perjuangan tersendiri. Tak hanya melestarikan layang-layang tradisional dan mengembangkan layang-layang kontemporer, Museum Layang-Layang Indonesia (MLLI) juga aktif melestarikan beragam unsur budaya Indonesia; kali ini musik keroncong yang jadi pilihannya. Kegiatan ini adalah salah satu program publik yang diselenggarakan dalam rangka penerapan strategi keberlanjutan MLLI, didukung oleh program Dana Indonesiana dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI, serta LPDP Kementerian Keuangan RI.
Bertajuk Keroncong Merdeka, kegiatan ini diselenggarakan Museum Layang-Layang Indonesia bekerja sama dengan PAS Rekadaya, dalam kolaborasi dengan Keroncong de’ Poespo.
Bertempat di Museum Layang-Layang Indonesia, Jl. H. Kamang No. 38, Pondok Labu, Cilandak, kegiatan ini menjadi bagian dari peringatan Hari Kemerdekaan RI yang diselenggarakan MLLI.
Widjanarko Puspoyo, dari Manajemen Keroncong De’ Poespo, menyampaikan bahwa Keroncong De’ Poespo yang ditampilkan di acara “Keroncong Merdeka” merupakan keroncong kontemporer yang telah dimodifikasi dengan elemen musik pop dan jazz. Pertunjukan ini diharapkan dapat memperkenalkan musik keroncong ke audiens yang lebih luas, terutama generasi muda, dengan sentuhan modern tanpa meninggalkan esensi tradisionalnya. Modifikasi ini diharapkan dapat meningkatkan apresiasi terhadap keroncong di tengah masyarakat.
Berdiri sejak tahun 2016, grup ini sudah lama bermain keroncong dan pernah diundang tampil di Belanda pada tahun 2012. Mereka rutin tampil di Solo sejak 2018 dan berencana untuk tampil di Festival Keroncong Internasional di Malaysia bulan depan.
“Kami ingin membuat generasi muda mencintai musik keroncong,” lanjut Widjanarko.
“Ini adalah perpaduan alat musik tradisional dengan keroncong. Kami menjaga ini sebagai identitas kami, berbeda dengan yang modern yang biasanya menggunakan organ dan drum.”
Sementara itu, Endang Ernawati, Pendiri dan Kepala Museum Layang-Layang Indonesia, menjelaskan alasan di balik pemilihan grup keroncong untuk acara ini.
“Kami ingin memunculkan kembali kebudayaan Indonesia, termasuk keroncong, yang harus dilestarikan seperti halnya layangan. Keroncong adalah bagian penting dari budaya kita, dan dengan acara ini, kami berharap dapat melestarikannya.”
Mereka yang biasa tampil di Tong Tong Fair di Belanda juga diundang untuk berpartisipasi dalam acara ini.
“Untuk kemerdekaan saja, mereka diundang ke Museum Layang-layang,” tambah Endang Ernawati, kepada WartaJakarta, Sabtu( 3/8) 2024 di Jakarta.
Harapan MLLI adalah agar grup keroncong ini dapat terus eksis dan memperkenalkan keroncong kepada generasi muda serta masyarakat luas, sehingga musik keroncong dapat terus hidup dan berkembang di masa depan.
Selamat menikmati Keroncong Merdeka. Tetap semangat, tetap merdeka.