Wartajakarta.com-ARTJOG sebagaimana kita ketahui, memiliki peran penting sebagai sarana pendidikan budaya secara populer serta sebagai ruang diplomasi budaya. Selain itu, ARTJOG juga menjadi katalisator dalam mengembangkan aspek pariwisata berbasis seni. ARTJOG pun berkontribusi dalam peningkatan ekonomi DIY baik dalam kenaikan jumlah dan lama tinggal pengunjung di hotel-hotel maupun naiknya angka pembelanjaan pengunjung selama pelaksanaan ARTJOG. Peristiwa ARTJOG berhasil menarik segmen wisatawan berkualitas, menciptakan relasi yang mendorong kunjungan ulang, dan menghasilkan publisitas positif tentang destinasi DIY yang unik dan lengkap.
Riset mencatat bahwa selama ARTJOG digelar, tingkat pembelanjaan pengunjung luar DIY meningkat 3-4 kali lipat (390%). Selain itu, selama gelaran ARTJOG rata-rata durasi tinggal wisatawan nusantara di DIY meningkat dua kali lipat, dari 2,01 hari menjadi 4,08 hari. Secara keseluruhan, penyelenggaraan ARTJOG memiliki dampak ekonomi yang signifikan, berkontribusi sebesar Rp 3,4 T atau sekitar 2,28% dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DIY pada tahun 2021.
ARTJOG 2023 akan kembali digelar di Jogja National Museum, Yogyakarta, mulai tanggal 30 Juni hingga 27 Agustus 2023. Mengusung tema “Motif: Lamaran”, pameran ini akan melibatkan 73 seniman, 52 seniman dewasa dari jalur undangan dan panggilan terbuka, serta 21 seniman anak.
Tema “Motif: Lamaran” dipilih sebagai landasan dalam merajut ide dan pola karya seniman sekaligus mengajak mereka untuk mengungkapkan gagasan dan motivasi dibalik karya. Tim kuratorial ARTJOG akan dipimpin oleh kolaborasi seniman dan kurator; Hendro Wiyanto, kurator dan penulis berbasis di Jakarta dan Nadiah Bamadhaj, seniman Malaysia yang menetap di Yogyakarta. Kurator melandasi pilihan karya seniman dari sesuatu yang performatif, tangible, memiliki pendekatan serta perangkat visual yang kaya dan menarik. Tim kuratorial ARTJOG 2023 mengajak seniman muda untuk memahami unsur-unsur sejarah tekstual Indonesia melalui tiga karya kanon Indonesia: “Laut” (1967) karya Sanento Yuliman, “Abracadabra” (1974) karya Danarto, dan “Misteri” (1983) karya Toeti Heraty.
Dalam gelaran tahun ini, ARTJOG mengundang Mella Jaarsma dalam program Commissioned Artist. Mella Jaarsma telah berkontribusi secara signifikan pada dunia kesenian dalam karirnya selama lebih dari 30 tahun. Karya Mella Jaarsma banyak mengeksplorasi berbagai material untuk mengungkapkan dan mempertanyakan fenomena sosial serta elemen kehidupan Jawa dan Indonesia. Karyanya sering menggunakan tubuh manusia sebagai motif sentral. Tubuh berfungsi sebagai jembatan antara karya dan penontonnya serta menghadirkan ketegangan yang intens antara pemirsa dan karya tersebut.
ARTJOG akan menampilkan bangunan limasan yang menaungi karya-karya Mella dengan tiga pendekatan kuratorial. Pertama, konsep arsitektur rumah limasan yang merepresentasikan ruang cair yang mengakomodasi pertemuan antar individu atau komunitas melalui aktivitas nongkrong. Kedua, karya yang berpondasi pada konsep kulit kedua (second skin) yang mewarnai karya Mella dari tahun 2000-an. Konsep second skin menampilkan karya-karya berbentuk jubah dari bahan-bahan tradisional yang merepresentasikan sekaligus mengomentari fenomena dalam masyarakat Indonesia. Pendekatan ketiga menampilkan karya-karya Mella yang merujuk pada arsitektur dan ruang. Menyoroti hubungan antara tubuh, ruang, dan konsep arsitektur limasan, instalasi karya commissioned artist ini menghadirkan ruang kontemplasi atas persoalan identitas, polarisasi, dan pakaian, sebuah kecenderungan yang dalam dekade terakhir ini menguat dalam atmosfer masyarakat Indonesia.
Selain Mella Jaarsma, beberapa seniman seperti Novi Kristinawati, Ugo Untoro, dan Dicky Takndare juga turut memeriahkan ARTJOG tahun ini. Karya instalasi Novi Kristinawati untuk ARTJOG adalah sebentuk site-specific yang merespons tangga-tangga di dalam gedung Jogja National Museum. Konsep yang melandasi dua buah karya ini adalah metode perihal kondisi-kondisi yang saling bertentangan satu sama lain, yang disebutnya “berpikir cepat (“fast thinking”) dan “berpikir lambat” (“slow thinking”).
Ugo Untoro, dalam seri karya terbaru batu bersuratnya memahat berbagai motif—gambar, simbol, aksara, pepatah-petitih—pada permukaan bebatuan candi, membubuhkan makna-makna baru yang satu dengan yang lain tidak saling berkaitan. Pada satu sisi keberadaan bongkahan-bongkahan batu itu menandai obyek, citra dan artifak arkeologis seperti prasasti. Akan tetapi pada sisi lain batu-batu bersurat ini memuatkan pesan-pesan dan isu kontemporer. Isu-isu itu sedikit banyak juga merefleksikan berbagai informasi dan misinformasi yang melimpah ruah di dunia sosial media sekarang ini.
Karya Dicky Takndare yang berukuran besar menggabungkan gagasan antara, yakni berada di dalam dan di luar bagi tahanan politik di Papua Barat. Ia memadukan antara kebesaran monumen Pembebasan Irian Barat yang dikerjakan oleh pematung Edhi Sunarso di Jakarta semasa kekuasaan Presiden Soekarno pada 1960-an dan ruang tahanan sebagai tubuh abstrak monumen itu.
Selain itu, tahun 2023 juga menandai langkah baru komitmen ARTJOG dalam misi menciptakan peristiwa seni yang lebih inklusif dengan menghadirkan Pusat Layanan Disabilitas (PLD). Layanan ini bertujuan untuk memperluas akses bagi penyandang disabilitas untuk menikmati dan berpartisipasi dalam peristiwa seni yang hadir di ARTJOG, sekaligus memastikan bahwa teman-teman difabel tidak dikecualikan dari acara dan ruang kesenian. Keterlibatan teman difabel dalam peristiwa seni diharapkan dapat berfungsi sebagai media pendidikan dan kesadaran tentang disabilitas, menghapuskan stereotip, meningkatkan pemahaman serta mempromosikan kesetaraan dan penerimaan terhadap keragaman individu.
Pada situasi yang lain, ARTJOG 2023 menghadirkan performa.ARTJOG sebagai hasil transformasi dari program performance. performa•ARTJOG akan menghadirkan empat sub program, yaitu: Main Performance yang menampilkan seniman-seniman dengan praktik artistik yang berdedikasi pada sejarah seni pertunjukan Indonesia, Connect yang merupakan program aktivasi pra-pertunjukan dari seniman Main Performance untuk terhubung dengan publik pada berbagai aspek dan elemen pertunjukan secara mendalam, Explanatory yang mempertemukan seni rupa dengan seni pertunjukan melalui penciptaan kolaboratif, dan Special Performance yang membuka panggung pertunjukan bagi publik. Sebuah karya Pertunjukan dari Teater Garasi bertajuk Waktu Batu: Rumah yang Terbakar” akan hadir sebagai pembuka performa.ARTJOG. Karya ini merupakan sebuah pertunjukan silang-media (teater x video game x sinematografi) tentang duka ekologis (ecological grief), yang menajam menjadi murka ekologis (ecological rage)
Menyambung keberlanjutan dari gelaran pada tahun-tahun sebelumnya, ARTJOG kembali menghadirkan program pendukung seperti Young Artist Award, Exhibition Tour, Meet The Artist, Jogja Art Weeks, Artcare, ARTJOG Kids.
Menyambut antusiasme keterlibatan anak-anak, ARTJOG Kids kembali digelar untuk memfasilitasi karya dan aktivitas anak-anak serta menempatkan karya mereka bersama dengan karya seniman professional. ARTJOG secara khusus mengundang seniman Erwin Windu Pranata untuk membuat karya interaktif yang melibatkan anak-anak dalam prosesnya. Erwin berkolaborasi bersama anak-anak dari Rumah Belajar Ummasa, Bandung yang berusia 4 sampai 10 tahun untuk merespon keberadaan pohon beringin. Dari hasil sketsa anak-anak tersebut, Erwin kemudian mewujudkannya dalam bentuk balon 3 dimensi yang juga dapat ‘dimainkan’. Selain itu, program Exhibition Tour for Kids juga akan memfasilitasi sesi tur pameran khusus anak dengan pendekatan yang lebih interaktif dan menyenangkan sehingga anak-anak dapat berpartisipasi aktif dalam menjelajahi karya seni.
Jogja Art Weeks adalah kanal informasi, publikasi dan jejaring lintas peristiwa kesenian di Yogyakarta dan sekitarnya. Melalui tagline #ArtNengndi JAW 2023 akan menyajikan jadwal acara seni, liputan, rekomendasi, hingga panduan menikmati pengalaman seni yang beragam dan seru. Adapun spesial di tahun ini, yaitu program “Jawland-Jawland” dalam bentuk tur seni, kemudian “Gugus Apresiasi Seni” program penulisan karya seni di ARTJOG sebagai ruang berproses para penulis muda.
Untuk mengunjungi pameran ARTJOG 2023, publik dapat membeli tiket dengan harga Rp. 75.000 yang dapat diperoleh melalui pembelian langsung di lokasi. Pengunjung dapat menikmati pameran dan rangkaian kegiatan selama jam operasional pukul 10.00 – 21.00 WIB. Selain itu, pendaftaran untuk program pendukung lain seperti ARTJOG Kids, performa•ARTJOG, Meet the Artist, dan Exhibition Tour dapat dilakukan melalui proses pendaftaran yang diumumkan secara terpisah melalui website www.artjog.id
Press Conference ARTJOG 2023 dilaksanakan di Barley and Barrel, ARTOTEL Suites Bianti Yogyakarta pada Kamis, 22 Juni 2023 dimoderatori oleh Gading Paksi dengan narasumber Heri Pemad, Hendro Wiyanto, Nadiah Bamadhaj, dan seniman komisi ARTJOG 2023, Mella Jaarsma. Turut hadir pula Yudi Ahmad Tajudin yang akan bercerita tentang penampilan Teater Garasi yang berjudul “Waktu Batu”.
DAFTAR NAMA SENIMAN ARTJOG 2023 – MOTIF: LAMARAN
NO | NAMA | TAHUN LAHIR | DOMISILI |
1 | Mella Jaarsma (commissioned artist) | B. 1960 | Yogyakarta |
2 | Anusapati | B. 1957 | Yogyakarta |
3 | Ardi Gunawan | B.1983 | Jakarta |
4 | Aurora Arazzi | B. 1997 | Bandung |
5 | Ayurika | B. 1996 | Yogyakarta |
6 | Bibiana Lee | B. 1956 | Jakarta |
7 | Brahma Tirta Sari | E.1985 | Yogyakarta |
8 | Butet Kartaredjasa | B. 1961 | Yogyakarta |
9 | Dicky Takndare And The Sampari | B. 1988 | Yogyakarta |
10 | Ella Wijt | B. 1990 | Jakarta |
11 | Evi Pangestu | B. 1992 | London |
12 | Fitri DK | B. 1981 | Yogyakarta |
13 | Franky Pandana | B. 1976 | Medan |
14 | Gegerboyo | B. 2017 | Yogyakarta |
15 | Goenawan Mohamad | B.1941 | Jakarta |
16 | Hermandari Kartowisastro | B. 1943 | Jakarta |
17 | Hyphen — | E. 2011 | Yogyakarta |
18 | I Made Djirna | B. 1957 | Bali |
19 | Ipeh Nur | B. 1993 | Yogyakarta |
20 | Irfan Hendrian | B. 1987 | Bandung |
21 | Izat Arif | B. 1986 | Kuala Lumpur |
22 | Kuncir Sathya Viku | B. 1990 | Bali |
23 | Leonard Suryajaya | B. 1988 | Chicago, USA |
24 | Gede Mahendra Yasa | B. 1967 | Bali |
25 | Natisa Jones | B. 1989 | Bali |
26 | Novi Kristinawati | B. 1978 | Yogyakarta |
27 | Nurdian Ichsan | B. 1971 | Bandung |
28 | Patricia Untario | B.1984 | Jakarta |
29 | Rita Widagdo | B. 1938 | Bandung |
30 | Rizki Lazuardi | B. 1982 | Bandung |
31 | Romi Perbawa | B. 1971 | Magelang |
32 | Ruth Marbun | B. 1985 | Jakarta |
33 | Sakinah Alatas | B. 1996 | Perth |
34 | Sekar Jatiningrum | B. 1969 | Yogyakarta |
35 | Teja Astawa | B. 1971 | Bali |
36 | Ugo Untoro | B. 1970 | Yogyakarta |
37 | Val Wens | B. 1974 | Sydney |
38 | Wiyoga Murhardanto | B. 1984 | Bandung |
39 | Yaya Sung | B. 1986 | Jakarta |
40 | Yosefa Aulia | B. 1991 | Bandung |
41 | Yudha Kusuma Putera | B. 1987 | Yogyakarta |
42 | Zico Albaiquni | B. 1987 | Melbourne |
43 | Audya Amalia | B. 1996 | Bandung |
44 | Candrani Yulis | B. 1995 | Yogyakarta |
45 | Condro Priyoaji | B. 1993 | Bandung |
46 | David Bakti | B. 1998 | Bandung |
47 | Dwiky KA | B. 1993 | Surabaya |
48 | Faelerie | B. 1994 | Yogyakarta |
49 | Kezia Alexandra | B. 1990 | Bali |
50 | Yosep Arizal | B. 1991 | Yogyakarta |
51 | Zeta Ranniry Abidin | B. 2003 | Bandung |
DAFTAR NAMA SENIMAN ARTJOG KIDS
ARTJOG 2023 – MOTIF: LAMARAN
NO | NAMA | TAHUN LAHIR | DOMISILI |
1 | Erwin Windu Pranata (commissioned for ARTJOG KIDS) | B. 1981 | Bandung |
2 | Ace Alexon Hartono | B. 2012 | Yogyakarta |
3 | Ajita Maitreya Gautama | B. 2016 | Yogyakarta |
4 | Arjani Locita Jaladara | B. 2013 | Yogyakarta |
5 | Dhafira Khairuna Arifin | B. 2012 | Surabaya |
6 | Fatimah Adzani Anatasya | B. 2008 | Bandung |
7 | Ganesha Javas Ararya | B. 2010 | Yogyakarta |
8 | Glenys Cailyn Bachumaira | B. 2014 | Gresik, Jawa Timur |
9 | Gregorius Noah Abimanyu | B. 2011 | Yogyakarta |
10 | Jaden Anders | B. 2011 | Jakarta |
11 | Nyala Jagad Shankara | B. 2017 | Yogyakarta |
12 | Laire Fredella Pena Lasut | B. 2015 | Semarang |
13 | M. Sulton Seth Zulkarnaen | B. 2009 | Bandung |
14 | Malya Sasmaya | B. 2009 | Yogyakarta |
15 | Morris Abdul Rauf Guevara | B. 2009 | Yogyakarta |
16 | Nadindra Danish Permata Unguku | B. 2008 | Yogyakarta |
17 | Nayla Shaffiya Ilham dan Naima Alanna Ilham | B. 2013 dan 2014 | Bandung |
18 | Noa Adhum | B. 2011 | Wonogiri |
19 | Prisha Amaira Pamungkas | B. 2012 | Surabaya |
20 | Raynold Alexander Sie | B. 2013 | Surabaya |
21 | Remi Arungasa Mahavra | B. 2017 | Jakarta Selatan |
22 | Samuel Kennedy Yohanes | B. 2008 | Surabaya |
JADWAL MAIN PERFORMANCE
performa•ARTJOG
- Garasi Performance Institute
Waktu Batu, Rumah yang Terbakar
2 & 3 Juli 2023
- Majelis Lidah Berduri
HUJAN ORANG MATI
14 & 15 Juli 2023
- Bulqini x Mainteater Bandung
JTDS 4.0 “Metamorf”
4 & 5 Agustus 2023
- Sardono W. Kusumo
MEN TA (too) WAY: Merayakan Seni Rupa Tertua di Dunia
25 & 26 Agustus 2023
JADWAL PROGRAM PUBLIK
ARTJOG 2023 – MOTIF: LAMARAN
- Exhibition Tour for Public
Setiap hari Selasa
- Meet the Artist
Setiap hari Kamis
- Exhibition Tour for Difabel
Setiap hari Jumat di minggu ke-2 & ke-4 bulan Juli & Agustus
- Exhibition Tour for Kids
16 Juli, 30 Juli, 13 Agustus, dan 20 Agustus 2023
*jadwal dapat berubah sewaktu-waktu
Link pendaftaran Media Preview & Opening Ceremony: