Connect with us

Nasional

Selain Memberi Manfaat Teknologi Digital, Juga Bisa Jadi Bahaya Baru

Wartajakarta.com-Ada tiga posisi dalam merespons teknologi digital: Antusiasme teknologis, konservatisme humanis, dan realisme Kritis. Dari perspektif realisme kritis, teknologi digital membuka kemungkinan-kemungkinan baru yang bermanfaat bagi manusia. Tetapi ia juga membawa bahaya-bahaya baru.

Hal itu diungkapkan Prof. Dr. Franky Budi Hardiman, dosen filsafat dan penulis buku “Aku Klik Maka Aku Ada,” di Jakarta, Ahad (26/9). Budi Hardiman menjadi narasumber di Obrolan HATI PENA #6, bertema “Disrupsi Membunuh Siapa?” Acara ini diselenggarakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA.

Narasumber lain adalah Ajisatria Suleiman, praktisi kebijakan digital dan penulis buku “Jaring Pengaman Digital.” Diskusi ini dipandu oleh Amelia Fitriani dan Anick HT.

Dalam webinar, Budi Hardiman menjelaskan materi pokok bukunya. Buku itu mendeskripsikan fenomena komunikasi digital, untuk menemukan pola, struktur, dan ciri khasnya, dibandingkan dengan komunikasi korporeal.

Fenomenologi yang dipilih Budi bersifat “lunak,” karena tidak bersih dari aspek normatif seperti pada fenomenologi ketat. Fenomena yang didekati adalah: Transformasi manusia, fanatisme digital, post-truth politics, pandemi dan digitalitas, serta tindakan digital.

Menurut Budi, adaptasi baru pada dunia konstruksi digital yang mengaburkan pembedaan fiksi/realitas dan original/artifisial itu bernama homo digitalis. Pandemi Covid 19 mempercepat transformasi manusia menjadi homo digitalis.

Pada kesempatan itu, Budi menegaskan, etika komunikasi digital perlu dibangun dengan mentematisasi “klik” sebagai tindakan digital. Tindakan digital ini memiliki bobot moral dan tanggung jawab lebih besar daripada tindakan korporeal, karena efek deteritorialisasi, banalisasi, dan dekorporealisasinya.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

More in Nasional