Connect with us

Jakarta

Sengketa BTN vs Satrio Arismunandar Berakhir Damai

Wartajakarta.com– Sengketa antara Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) dan wartawan senior Satrio Arismunandar, yang nyaris mengakibatkan Satrio dan keluarga kehilangan rumah satu-satunya, berakhir damai. Pinjaman ke BTN, yang menjadikan rumah Satrio sebagai agunan, telah dilunasi. Sehingga urusan rumah Satrio dengan BTN selesai tuntas.

Satrio Arismunandar bertemu dengan Ari Kurniaman, Corporate Secretary BTN, di Jakarta, Rabu (29/6), untuk merundingkan kesepakatan damai itu. Hadir juga Denny JA, sebagai pihak yang menjamin kesanggupan Satrio untuk melunasi tunggakan utang di BTN.

Total sisa pokok pinjaman yang harus dibayar Satrio ke BTN adalah Rp 422 juta (porsi bunga dan denda sudah dipotong 100%). Jumlah itu jauh di luar kemampuan Satrio untuk melunasinya.

Untunglah ada teman-teman yang sukarela dan ikhlas membantu. Atas inisiatif sendiri, mereka bergotong royong urunan dana, untuk membantu Satrio menyelamatkan rumahnya. Hingga Selasa malam (28/6), ada komitmen bantuan dari mereka sebesar Rp 153 juta (36%).

Sisa yang harus dilunasi adalah Rp 269 juta (64%). Sisa ini diatasi oleh Denny JA, di mana Rp 60 juta diberikan Denny JA sebagai bantuan langsung pribadi.

Sedangkan Rp 209 juta sisanya akan dicicil oleh Satrio ke Denny JA, tanpa bunga. Utang ke BTN lunas, dan akte notaris atau sertifikat rumah Satrio kini dipegang oleh Denny JA.

Sisa Rp 209 juta itu akan dicicil Rp 5 juta per bulan, selama 41 bulan x Rp 5 juta, yang akan dibayarkan Satrio melalui kerja untuk DJA lewat program di Orbit Indonesia. Dalam 41 bulan atau 3 tahun 5 bulan, akte notaris (sertifikat rumah) akan kembali ke Satrio.

Sebagai bagian dari transparansi ke publik dan berbagai kalangan yang sudah mendukung, Satrio menjelaskan besarnya bantuan atau komitmen dari berbagai kelompok, per Selasa malam (28/6).

Khusus untuk pelunasan rumah, ada komitmen bantuan dari: (Alumni) FTUI & Lintas Fakultas NKRI Rp 60.763.608; Alumni Gatrik Elektro FTUI = Rp 20.000.000; dan teman-teman di Jurusan Elektro Angkatan ‘80 FTUI Rp 6.873.112.

Juga, ada Pengumpulan Dana SAVE SATRIO Rp 65.500.000. Ini adalah kelompok individu dari berbagai latar belakang: dosen/akademisi, aktivis 1998, relawan, pejabat/staf ahli kementerian, aktivis Indonesia Maju, KAPT, dll.

Selain itu, ada dukungan dan bantuan secara individual/organisasi, yang tidak secara spesifik ditujukan untuk pelunasan utang di BTN. Tetapi sekadar sebagai wujud simpati/kebersamaan/solidaritas untuk Satrio dan keluarga, yang sebetulnya juga sangat membutuhkan bantuan itu.

Bantuan itu antara lain dari: Organisasi AJI Indonesia dan para jurnalis anggota AJI, teman-teman wartawan Kompas, Trans TV, Kelompok Studi Proklamasi/Guntur 49, alumni Suratkabar Kampus Warta UI, teman di grup Whatsapp, teman-teman di Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS), dan lain-lain, yang tak bisa disebut satu-persatu.

Belum lagi menghitung bantuan doa, dukungan moral, jasa pengacara probono, dan berbagai bentuk dukungan lain dari banyak teman.

“Saya terkejut dan sungguh tidak mengira, begitu banyak perhatian dan bantuan teman-teman dari berbagai kalangan kepada saya dan keluarga. Bahkan orang yang tidak begitu kenal pun ikut membantu,” kata Satrio.

“Kalau bukan karena kehendak dan kuasa Allah SWT, yang menggerakkan hati mereka semua, limpahan bantuan seperti ini tidak mungkin terjadi,” lanjut Satrio. “Sekarang ini zaman susah, sehingga jika ada orang yang ikhlas menyisihkan rezeki untuk orang lain, itu harus sangat kita syukuri dan kita hormati.”

Satrio mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua teman dan kalangan, yang telah membantu dan memberi dukungan.

“Saya tidak sanggup membalas semua kebaikan mereka. Saya cuma bisa berdoa, semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka semua dengan pahala, berkah, rahmat, dan rezeki yang berlimpah,” ujarnya.

Satrio juga meminta maaf, jika ada pihak-pihak yang belum disebut dalam ucapan terima kasih ini, karena jumlah mereka yang sangat banyak.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

More in Jakarta