JAKARTA – Ari Askhara Mantan Dirut Garuda Indonesia sejak dahulu memang dikenal sebagai seorang pekerja keras, tegas dalam bertindak, dan efisien. Sikapnya yang tegas dan efisien tersebut sering kali berbenturan dengan orang – orang disekelilingnya. Demikian disampaikan oleh seorang Pengamat Politik & Aktivis 98 Irwan Irwan Suhanto.
Irwan Suhanto mengungkapkan, Ari Askhara sengaja melakukan perubahan yang drastis terhadap kinerja karyawan Garuda yang selama cukup longgar dan boros. Namun, tindakan Ari Askhara ini tentu saja tidak bisa diterima serta merta oleh sekelompok karyawan Garuda, bahkan ada sebagian yang merasa tertekan dan dikeluhkan oleh beberapa pramugari.
“Contohnya tindakan efisien Ari Askhara adalah: pramugari tidak perlu menginap saat melayani penerbangan Jakarta-Melbourne, Australia. Jarak penerbangan Jakarta – Melbourne memang relatif singkat dan tidak perlu menginap. Karena kalau menginap, tentu saja Garuda harus mengeluarkan biaya penginapan. Tujuan kerja yang efisien itu agar Garuda mendapatkan profit, bukan merugi,” tutur Irwan.
Menurut Irwan, etos kerja karyawan maskapai penerbangan pelat merah ini cukup rendah sebelum masuknya Ari Ashkara, bahkan cenderung manja.
Selain itu, banyak pihak juga yang menuduh bahwa kenaikan harga tiket pesawat diprakarsai oleh Ari Askhara. Kenyataanya, harga tiket pesawat juga tidak kunjung turun ketika Ari Askhara dicopot.
Sebelumnya, Pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama Garuda Indonesia Fuad Rizal mengatakan, tarif per kilometer pesawat lebih murah jika dibandingkan tarif ojek online (ojol). Menurut Fuad, saat ini rata-rata tarif pesawat terbang per kilometernya, yakni Rp 2.500 per penumpang. Lalu, tarif ojek online per kilometernya saat ini Rp 2.600.
“Jadi biar mengerti semua, memang secara industri tarif penerbangan di Indonesia sudah sangat murah,” kata Fuad ini di Cengkareng, Tangerang, Jumat (27/12/19).
Fuad menjelaskan, jika maskapai harus menurunkan tarif lebih daripada itu, maka perusahaannya akan merugi. Dia pun mencontohkan sudah belasan maskapai yang terpaksa gulung tikar karena terus merugi.
“Dari sisi harga industrinya sudah tidak sustain sama sekali. Industrinya bisa rusak sendiri dan mati. Suda lebih dari 15 airlines yang mati dalam 10 tahun karena kompetisinya tidak sehat,” kata Fuad.
Garuda kenaikan harganya 25 persen. Citilink 40 persen setiap tahunnya,” ucap dia.
Berhasil Caplok Sriwijaya Air
Lebih lanjut Irwan menuturkan, berka kerja keras Ari Askhara, Garuda Indonesia melalui anak usahanya, Citilink berhasil mencaplok Sriwijaya hal demi mengurangi perang tarif pesawat antar maskapai. aksi yang dilakukan oleh Garuda diharapkan berdampak positif bagi kedua perusahaan. “Saya mendukung merger yang dilakukan Garuda dengan Sriwijaya. Ini akan meningkatkan kinerja, apalagi Citilink adalah suatu armada yang baik, efisien dan sekarang kinerjanya positif,” tutur Budi Karya Sumadi, Menteri Perhubungan, saat itu.
Dengan meredam perang tarif, diharapkan ada titik keseimbangan yang bisa dicapai para operator agar keseluruhan biaya bisa tertutup berikut marginnya.
“Jadi katakanlah avtur naik. Berarti harga pokoknya naik, tapi kalau masih ada perang tarif maka terjadi suatu masalah. Kami harapkan ini perang tarif diakhiri dan ada suatu keseimbangan agar cost bisa di-cover, tapi masih ada margin yang memungkinkan korporasi berkembang,” tambah Budi Karya.
Untuk diketahui, Garuda Indonesia Group melalui anak perusahaannya, PT Citilink Indonesia mengambil alih pengelolaan operasional Sriwijaya Air dan NAM Air. Hal ini direalisasikan dalam bentuk Kerja Sama Operasi (KSO) yang dilakukan oleh Citilink dengan Sriwijaya dan PT NAM Air. KSO tersebut telah ditandatangani pada 9 November 2018.
“Namun, pada kenyataannya, Ari Akshara malah singkirkan dan bahkan terancam dikriminalisasikan. Ini saya melihatnya terlalu kental usur politiknya,” ucap Irwan.