Connect with us

Nasional

Waspada,Perang Nuklir Indikasi Awal Kiamat?

Wartajakarta.com-Dian Wirengjurit, Mantan Duta Besar RI untuk Iran yang juga penulis buku tentang nuklir dan geopolitik, jadi pembicara utama dalam forum strategis bertajuk “Perang Nuklir: Indikasi Awal Kiamat?” di Auditorium Perpustakaan Nasional, Jakarta, Selasa, 6/10/25. Dalam pernyataannya di kesempatan tersebut Dian yang sudah dikenal banyak media mengatakan hingga saat ini masih banyak masyarakat yang tidak menyadari, bahwa dunia sebenarnya berada diambang perang besar, dapat saja menjadi Perang Dunia III, yang dampaknya terhadap kehancuran dunia dan peradaban tidak terbayangkan.

“Belakangan ini tanda-tanda itu sudah tergambar, jika terjadi perang antar negara menggunakan bom nuklir. Bom “Little Boy” dan “Fat Man” yang dijatuhkan di Hiroshima 6 Agustus dan Nagasaki 9 Agustus 1945 berkekuatan 15 kiloton saja telah menimbulkan korban lebih dari 140 ribu tewas akibat ledakan, panas, radiasi dan hancurnya bangunan, serta ratusan ribu lainnya, belum lagi yang luka-luka dan cidera permanen. Apalagi yang sekarang, bom nuklir berkekuatan 100-500 kiloton. Sungguh tak terbayangkan kerusakan yang ditimbulkannya kalau digunakan,”kata Dian.

Dian mengatakan data awal 2025 menyebutkan ada lebih dari 12 ribu hulu ledak nuklir, 10 ribu diantaranya dimiliki oleh AS dan Rusia, serta Cina, Prancis, Inggris dan India, Pakistan, Israel dan Korea Utara.

“Di antara pemimpin negara-negara tersebut kita ketahui cenderung berperangai kurang beradab. Bagaimana kalau diantara mereka terpicu meluncurkan bom nuklir dan lainnya, sebagai unjuk kekuatan, juga menggunakan bom yang berkekuatan sama atau lebih?, ” tanya Dian.

Indikasinya kata Dian adalah perang Rusia-Ukraina (2022-kini), India-Pakistan (7-10 Mei 2025); uji coba rudal Korea Utara yang mampu membawa hulu ledak nuklir (Januari 2025), latihan militer besar-besaran Cina (Channel Thunder) dan AS (Talisman Saber), keduanya pada 2025 dan terakhir perang Iran-Israel (10-22 Juni 2025).

Itu semua menurut Dian mencerminkan fenomena tentunya mengkhawatirkan, yaitu adanya keterlibatan langsung atau tidak langsung negara-negara pemilik senjata nuklir de jure maupun de facto.

Upaya pengawasan dan perlucutan senjata nuklir kata Dian memang terus berjalan, namun lebih bersifat unilateral, bilateral dan regional, sementara pada tataran global seperti mandeg atau “jalan di tempat”. Geopolitik dunia pasca Perang Dunia II memang diwarnai dengan ayunan pendulum antara upaya teknologi nuklir untuk perang atau tujuan damai.

“Masyarakat dunia menyadari bahwa teknologi nuklir memang “cannot be disinvented”.Di lain pihak, teknologi nuklir, apabila digunakan untuk tujuan damai, ternyata dapat memberikan manfaat signifikn. Saat ini, sekitar 30 negara mengoperasikan PLTN, dengan lebih dari 400 yang beroperasi,”ungkap Dian.

Dalam kesempatan itu, Dian juga mengatakan secara global, energi nuklir menyediakan 9-10% listrik di dunia, AS sebagai produder terbesar dengan lebih 90 reaktor dan terus membangunnya; sedangkan kelistrikan Prancis menggunakan 70% tenaga nuklir.

Forum strategis yang diulas oleh Institut Peradaban, lembaga kajian isu-isu strategis terkait peradaban yang didirikan oleh Prof. Jimly Asshiddiqie dan Prof. Salim Said bersama sejumlah perwira tinggi TNI/Polri di dukung penanggap diantaranya mantan Duta Besar Prof. DR. Makarim Wibisono, MA; Prof. (H.C) Jaya Suprana dan Laksdya. TNI. Purn. Prof. Dr. Ir. Amarulla Octavian, M.Sc.*

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Nasional