Wartajakarta. com-Lembaga dibawah Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang (METI) menyatakan bahwa sentimen bisnis perusahaan-perusahaan Jepang ke negara lain menurun.
Menurut senior director JETRO, Wataru Ueno mengatakan, “meski sentimen bisnis perusahaan Jepang mengalami penurunan. Namun motivasi perusahaan Jepang untuk ekspansi sedikit mengalami peningkatan, terutama di Indonesia.
“Dalam survey tersebut perusahaan Jepang di Indonesia dengan perkiraan pendapatan operasional perusahaan yang tumbuh atau meraup keuntungan di tahun kemarin sebanyak 69,1 persen. Ini terus mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya,” kata Wataru saat paparannya di gedung Sumitmas Jakarta, Selasa (11/2).
Tetapi dalam diffusion index (DI) menunjukkan sentimen bisnis berada pada 14,2 poin. Hasil ini turun 13,5 poin dari tahun sebelumnya. Dalam survey ini menunjukkan persentase perusahaan yang akan melakukan ekspansi bisnis ke negara luar Jepang dalam 1 sampai 2 tahun mendatang menurun.
Diungkapkan juga, persentase perusahaan Jepang di seluruh negara, berdasarkan data survey menunjukkan bahwa responden dengan perkiraan pendapatan perusahaan yang menyebab untung di tahun lalu ada sebesar 65,5 persen.
Hasil itu turun 2,6 poin dari 68,1 persen pada tahun 2018. Nilai DI berada pada 3,30 yang turun signifikan dari tahun sebelumnya sebesar 23,6 poin. Pada paparannya yang diterangkan dalam grafik, Wataru menyebut bahwa prospek bisnis di beberapa negara utama dalam 1 sampai 2 tahun mendatang seluruhnya mengalami penurunan.
Data dalam Tahun 2019 mencatat, persentase proporsi perusahaan Jepang untuk melakukan ekspansi ke Indonesia mampu tumbuh. Posisi Indonesia mengalahkan China dan Thailand.
Dalam grafik 2019 proporsi Indonesia yaitu 50, 7 persen naik dari 49,2 persen. Di bawah Indonesia ada Thailand dengan persentase 44,7 persen yang turun dari 51,4 persen. Lalu China berada 43,2 persen anjlok dari posisi sebelumnya 49,2 persen.
Maka Jepang memiliki kecenderungan atau minat yang meningkat dalam berbisnis di Indonesia,” tegas Wataru.
President Director JETRO Keishi Suzuki, menyatakan masalah manajemen perusahaan di Indonesia masih didominasi oleh isu kenaikan upah pekerja sebesar 84 persen.
“Jika dibandingkan dengan negara lain Indonesia menempati posisi tertinggi responden dalam masalah kenaikan upah pekerja yaitu sebesar 84 persen,” katanya.
Berdasarkan survei JETRO dalam grafik disebutkan bahwa upah minimum yang berbanding lurus dengan produktivitas pekerja paling tinggi ditempati Filipina sebesar 74,2 persen disusul Laos 66,7 persen dan Myanmar 60,9 persen.
Kondisi ini dirasa baik oleh perusahaan karena bisa meningkatkan kualitas dan daya saing. Sedangkan Indonesia banyak perusahaan merasa upah dan produktivitas di Indonesia tidak sesuai harapan.
Posisi kepuasan perusahaan terhadap Indonesia sangat sedikit. Indonesia menempati posisi terbawah yaitu hanya 23,7 persen perusahaan yang menilai upah minimum regional di Tanah Air sesuai dengan produktivitas pekerja di Indonesia, adapun 55,8 persen menilai tidak sesuai, dan 20,4 persen tidak tahu.
Sementara itu, JETRO menyebut bahwa dari hasil survey ini Indonesia dapat mengetahui isu-isu penting yang dihadapi oleh perusahaan Jepang saat ini dan prospek bisnis kedepannya.