Wartajakarta.com-GITC (Global Information Technology Challenge) merupakan suatu program peningkatan potensi remaja disabilitas melalui kompetisi teknologi informasi. GITC diadakan setiap tahun, dan diikuti oleh remaja disabilitas terpilih dari 18 negara di Asia-Pasifik yang akan memperlihatkan pada dunia bagaimana para remaja ini dapat mengatasi keterbatasan, menaklukkan tantangan dari diri mereka sendiri, dan menunjukkan potensinya.
Ajang GITC ini bertujuan untuk memberikan kepada para peserta, akses serta pengalaman teknologi informasi dan komunikasi dalam meningkatkan kemampuan peserta di bidang teknologi informasi dan komunikasi, yang dapat mendorong partisipasi sosial mereka, menuju masa depan yang lebih baik.
Pencetus serta penyandang dana utama dari kegiatan GITC adalah Rehabilitation International Korea, organisasi nirlaba yang berkedudukan di Seoul Korea, yang bertujuan untuk mengembangkan program pengentasan kemiskinan khususnya bagi penyandang disabilitas melalui literasi di bidang informasi, teknologi dan komunikasi. Peserta GITC awalnya mencakup negara Asia-Pasifik saja, tetapi saat ini, telah berkembang secara global, dengan partisipasi negara lain di luar Asia-Pasifik, yakni Australia dan Inggris.
YPAC Nasional, melalui National Secretary untuk Rehabilitation International – Indonesia, ditunjuk sebagai kontak organisasi untuk GITC di Indonesia, mulai dari menyeleksi peserta, memberikan pelatihan pembekalan, hingga pengiriman delegasi Indonesia ke ajang GITC. Kerjasama YPAC Nasional dan Rehabilitation International – Korea sejak tahun 2014 untuk GITC ini berlanjut dengan pendirian Pusat Pelatihan Informasi-Teknologi di Jakarta dan Bandung, selama 3 tahun (2016-2019).
Remaja Indonesia telah berhasil meraih penghargaan di ajang GITC sejak keikutsertaaan tim Indonesia di GITC 2014. Tahun 2015, GITC diadakan di Serpong, Indonesia, dengan dukungan Kementerian Informasi, Teknologi dan Komunikasi. Gelar Juara Umum dan penghargaan tertinggi sebagai Global IT Leader 2015 diraih oleh Pramuditaya Dyan Prabaswara, remaja disabilitas low vision asal Kebumen, Jawa Tengah. Selain meraih medali perorangan dan kelompok di GITC 2014 dan 2017, di GITC 2018 di New Delhi India, Indonesia kembali merebut Juara Umum, lewat Global IT Leader 018 – Fayza Putri Adila, remaja putri disabilitas pendengaran berusia 16 tahun. Fayza merupakan Global IT Leader perempuan pertama, sejak GITC diselenggarakan di tahun 2011.
Setiap negara mengirimkan satu tim yang terdiri dari 6 remaja untuk GITC 2014 hingga GITC 2016. Tetapi sejak GITC 2017, satu tim hanya terdiri dari 4 remaja. Walaupun demikian, Indonesia mampu mengirimkan dua tim di GITC 2018 (satu tim atas biaya pribadi peserta). Persyaratan agar satu tim terdiri dari ragam disabilitas, menjadi ketentuan sejak GITC 2018.
Tahun 2019 ini, Indonesia hanya mengirim satu tim saja, terdiri dari:Tion Iswara Wirmo :disabilitas penglihatan
Lazzari Charos Lumbantoruan : disabilitas fisik
Umran Zhafran Ibrahim : disabilitas developmrntal
Syifa Arya Maharani : disabilitas pendengaran
Tim Indonesia akan didampingi oleh para chaperone sebagai berikut: Farida Ratna Djuita : Ketua YPAC Nasional
Asviretty Nurgusmy Yerli : Wakil Ketua 1 YPAC Nasional/Nasional Secretary
Rehabilitasi Internasional Indonesia
Khadijah Farid : Orang-tua dari Fayza Putri Adila
Rika Rismawati : Perwakilan Pemerintah (dari Direktorat PLK,
Selain kompetisi IT, terdapat Forum Inovasi dan Inklusi di GITC 2019, yang merupakan kelanjutan dari IT Forum. Peserta forum adalah para pendamping, selain perwakilan pemerintah dari masing-masing negara. Tahun ini Indonesia diwakili oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang akan memaparkan kondisi IT terkini di Indonesia, khususnya dalam mendukung penyandang disabilitas. Topik dari diskusi di forum ini, yakni inklusi beragam disabilitas hendaknya dapat diimplementasikan di setiap institusi/kementerian di tiap negara.
Panitia GITC 2019 menanggung biaya perjalanan tim remaja peserta kompetisi dan dua orang pendamping (termasuk perwakilan pemerintah dari tiap negara), yakni tiket pesawat dari Jakarta ke Busan pulang-pergi, serta akomodasi dan konsumsi selama kompetisi di Busan untuk 7 orang. Sedangkan, biaya terkait visa, uang saku, transportasi dari daerah di luar Jakarta, serta pelatihan tim di karantina YPAC Nasional selama 3 hari, dibiayai oleh YPAC Nasional didukung oleh donatur PT Unilever Indonesia Tbk., yang dalam hal ini diwakilkan oleh brand es krim Walls
Walls berharap kontingen Indonesia dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat, bahwa keterbatasan bukan menjadi penghalang untuk berprestasi dan menggapai cita-cita.
Tim GITC 2019, telah diberi pembekalan IT secara online oleh Instruktur IT YPAC Nasional selama empat bulan terakhir terkait pelatihan materi GITC. Dalam hal ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) memberikan dukungannya lewat pengayaan IT yang diberikan oleh IT Instruktur Kemkominfo.